Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Hulu Energi (PHE), anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu minyak dan gas bumi, mencatatkan kinerja operasi produksi positif sepanjang 2017 dibandingkan 2016.
Hal ini ditunjukkan dengan produksi minyak yang naik menjadi 69,3 ribu barel per hari (BPH) dari proyeksi 64,5 ribu BPH pada 2017. Pencapaian produksi ini juga lebih baik dibandingkan 2016 yang tercatat 62,588 BPH.
Sementara itu, produksi gas PHE pada 2017 turun dari target 768,5 juta standar kaki kubik per hari (MMScfd) hanya tercapai 723,5 MMScfd. Namun, produksi gas PHE pada 2017 naik tipis dibandingkan realisasi 201 yang tercatat 722 MMScfd.
"PHE ONWJ (Offshore North West Java) masih memberi kontribusi terbesar, disusul PHE WMO (West Madura Offshore), JOB Pertamina Tomori, dan Coridor," ujar Presiden Direktur PT Pertamina Hulu Energi R Gunung Sardjono Hadi di Jakarta, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (14/2/2018).
Baca Juga
Advertisement
Tahun ini, PHE memproyeksikan produksi minyak sebesar 70.407 BPH dan gas 771,07 MMSCfd. Sementara lifting minyak ditargetkan 68,08 ribu BPH dan gas 589 MMScfd.
Gunung mengatakan, kinerja positif sektor produksi PHE berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Hal itu terbukti dari capaian pendapatan dan laba bersih yang naik masing-masing 30 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya.
Pendapatan usaha PHE sepanjang 2017 (audited) mencapai US$ 1,99 miliar. Realisasi pendapatan ini naik dibandingkan realisasi 2016 yang hanya US$ 1,5 miliar. Sementara itu, laba bersih 2017 sebesar US$ 259,88 juta, naik dibandingkan 2016 yang hanya US$ 191 juta.
Gunung mengatakan, pencapaian pendapatan usaha tahun lalu 112 persen dari target dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) sebesar US$ 1,778 miliar atau 106 persen dari target revisi RKAP yang tercatat US$ 1,89 miliar. "Untuk 2018, kami memproyeksikan pendapatan usaha US$ 1,97 miliar," ujar dia.
Adapun laba bersih perseroan tahun lalu tercatat 165 persen dari RKAP sebesar US$ 151,78 juta dan 148 persen dari RKAP revisi sebesar US$ 170 juta. Sedangkan target laba bersih tahun ini diproyeksikan US$ 211,2 juta.
Gunung juga menjelaskan, anggaran biaya operasi (ABO) dan anggaran biaya investasi (ABI) perseroan tahun lalu juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada 2017, ABO Pertamina Hulu Energi mencapai US$ 858,29 juta, naik dibandingkan realisasi 2016 sebesar US$ 649,58 juta. Adapun ABI tercatat US$ 488,11 juta, lebih tinggi dibandingkan ABI 2016 yang mencapai US$ 300,31 juta.
"Untuk tahun ini, ABO kami proyeksikan US$ 1,07 miliar dan ABI sebesar US$ 53,54 juta," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertamina Hulu Energi Temukan Cadangan Migas di Blok Abrar
Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berhasil menemukan cadangan gas di Wilayah Kerja (WK) atau Blok Minyak dan Gas Bumi (Migas) Abrar. Wilayah tersebut merupakan area relinquishment dari operator sebelumnya yaitu IIAPCO, Arco, dan BP.
General Manager PHE Abar Theodorus Duma mengatakan, sejak penandatangan kontrak kerja sama pengelolaan WK Abar pada 22 Mei 2015, PT Pertamina (Persero) melalui PT PHE Abar selaku anak perusahaan PT Pertamina Hulu Energi (PHE), mempunyai program kegiatan dengan Komitmen Pasti selama tiga tahun pertama.
"Setelah dilakukan studi Geologi & Geofisika (G&G) serta survei seismik laut 2D, PHE Abar diharuskan melakukan pengeboran 1 sumur eksplorasi," kata Theodorus, di Jakarta, Kamis 7 Februari 2018.
Menurutnya, pada akhir Triwulan IV tahun 2017 PHE ABAR telah melakukan pengeboran sumur eksplorasi Karunia 1-X, dari kegiatan tersebut berhasil memperoleh cadangan gas sebesar 84 BSCF di reservoar batu pasir formasi Cisubuh dan Parigi pada kedalaman 2.600 kaki atau sekitar 800 meter.
"Formasi ini merupakan play yang baru dikembangkan, di mana sebelumnya dihindari karena berada dalam kategori shallow gas hazard. Dengan penemuan ini, PHE Abar berhasil membuktikan potensi dari hazard menjadi cadangan yang sebelumnya dihindari," ungkap Theodorus.
Advertisement