Liputan6.com, Jakarta Pemerintah saat ini gencar membangun moda transportasi masal di kota-kota besar. Seperti di Jakarta tengah dibangun Mass Rapid Transit (MRT) dan Light rail Transit (LRT).
Dari berbagai proyek yang tengah digarap tersebut, pemerintah ingin masyarakat beralih menggunakan moda transportasi masal untuk menjalankan aktifitasnya setiap hari. Bahkan Budi Karya memasang target peralihan tersebut.
Advertisement
"Jadi 2029 kita harapkan penumpang yang bergerak di Jakarta itu 60 persen menggunakan angkutan masal. Sama seperti di Tokyo," kata Budi Karya di Hotel Raflesh, Jakarta, Rabu (14/2/2018).
Dia menuturkan, di Tokyo, orang pada akhirnya lebih memilih menggunakan transportasi masal dikarenakan lebih murah, tepat waktu dan ramah lingkungan.
Menuju target tersebut, Budi Karya ingin mendorong sektor swasta untuk terlibat lebih banyak dalam proyek-proyek infrastruktur transportasi. Karena dia sadar, jika mengandalkan APBN, tujuan tersebut tidak akan tercapai.
"Saat ini mungkin baru di kisaran 40 persen, makanya kita harus tinggalkan ego sektoral dan sama-sama berkomitmen untuk mempermudah swasta masuk," tambah Budi Karya.
Pengembangan TOD
Selain pembangunan moda transportasi masal baru, salah satu hal yang dilakukan Kemenhub untuk mendorong target tersebut adalah pengintegrasian moda transportasi dan pembangunan Transit Oriented Development (TOD).
Budi Karya mengakui, Indonesia sedikit terlambat dalam pengembangan TOD. Terbukti situasi di perkotaan sudah terlalu padat, sehingga lahan untuk pembuatan TOD sudah cukup minim.
"Saya minta pemerintah daerah, Jakarta, Palembang, Surabaya atau kota-kota lain untuk segera menyediakan lahan bangun TOD ini," kata Budi.
Banyak manfaat jika sebuah kota yang tengah berkembang menyinergikan pembangunan TOD ini. Selain mampu mengurangi kemacetan, juga bisa mebangun pusat bisnis di sebuah kota.
Di sisi lain, pemerintah daerah juga harus mengatur pola operasi moda transportasi masal. Dengan demikian TOD bakal memiliki kelebihan tersendiri.
Advertisement