Mengenal Operasi Janin dalam Rahim yang Dilakukan Marissa Nasution

Sebelum diketahui bahwa salah satu bayi kembar di rahim meninggal dunia, Marissa Nasution sempat melakukan operasi janin dalam rahim.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Feb 2018, 10:00 WIB
Pada awal Januari tahun ini, Marissa Nasution mengabarkan tengah hamil bayi kembar. Marissa resmi menikah dengan Benedikt Brueggemann pada September tahun 2017. Kini, keduanya sedang menanti kehadiran anak pertamanya. (Instagram/lamamatropicana)

Liputan6.com, Jakarta Kabar duka datang dari artis Marissa Nasution. Berdasarkan unggahan foto di laman Instagram pribadinya, presenter gosip ini menyebutkan bila salah seorang dari dua bayi kembar yang dikandungnya meninggal dunia, setelah menjalani fetal surgery di Singapura.

Teknologi kedokteran yang semakin maju memungkinkan diagnosis kelainan bawaan lahir yang lebih dini dan lebih akurat. Atas dasar inilah, berkembang tindakan intervensi atau terapi pada janin yang disebut dengan fetal surgery.

Sebelum kabar duka menghampiri Marissa Nasution, istilah fetal surgery memang jarang terdengar. Namun, operasi ini cukup sering dilakukan oleh dokter kebidanan dan kandungan yang telah mengambil sub-spesialisasi feto-maternal atau ahli dalam hal kesejahteraan ibu dan janin. Termasuk janin bayi kembar.

dr. Fiona Amelia MPH/Klik Dokter

 


Mengenal Fetal Surgery yang Dilakukan Marissa Nasution

Salah satu bayi kembar Marissa Nasution meninggal dunia. (Instagram/marissaln)

Fetal surgery atau operasi janin merupakan terapi bedah untuk memperbaiki kelainan bawaan pada janin sebelum dilahirkan. Tindakan koreksi atau pengobatan dilakukan saat janin masih berada di dalam kandungan ibu. Dengan menggunakan alat-alat bedah canggih dengan teknologi khusus, operasi ini mampu mengoreksi kelainan bawaan yang ada sejak dini.

Secara umum, terdapat tiga teknik operasi untuk memperbaiki kelainan janin yang masih berada di dalam kandungan, yaitu:

1. Open fetal surgery

Operasi janin terbuka atau open fetal surgery merupakan tindakan menyayat pada rahim besar, agar dapat melakukan tindakan pada janin.

2. Minimally invasive fetoscopic surgery

Sayatan pada rahim kecil, untuk selanjutnya dipandu oleh kamera (fetoskopi) dan USG guna melakukan pembedahan.

3. Percutaneous fetal therapy

Tindakan ini menggunakan kateterisasi dengan panduan USG untuk mengoperasi janin.

Saat ini, tindakan operasi pada janin lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kelainan anatomi seperti masalah pada katup jantung, kelainan paru, menghilangkan sumbatan pada saluran kemih, atau mengoreksi kelainan saraf.

Di Amerika, misalnya, tindakan koreksi pada kelainan-kelainan tersebut dapat bermanfaat untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin, serta meningkatkan peluang melahirkan bayi yang sehat dan relatif normal.

Pada kasus kehamilan kembar seperti Marissa Nasution, fetal surgery biasanya dilakukan untuk mengatasi twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS), saat aliran darah dan nutrisi pada janin yang satu lebih banyak dari janin yang lain.

Operasi yang dilakukan sesungguhnya untuk mengoreksi kelainan pembuluh darah yang menyebabkan salah satu janin memiliki berat lebih besar daripada saudara kembarnya.

Pada kasus TTTS, tidak ada batasan khusus mengenai waktu yang tepat untuk melakukan fetal surgery. Namun pada umumnya, tindakan ini dilakukan pada trimester dua kehamilan.

 


Risiko dari Operasi yang Dilakukan Marissa Nasution

Pemeran dalam film Epen Cupen The Movie itu memamerkan perut buncitnya. Sang suami, Ben mengabadikan istrinya yang sedang hamil bayi kembar, tiduran di pinggir sebuah pantai. (Instagram/lamamatropicana)

Ada risiko fetal surgery yang perlu Anda tahu. Sama seperti operasi pada umumnya, fetal surgery pun memiliki banyak risiko, baik pada janin maupun ibu.

Tindakan yang bermanfaat untuk janin dapat membahayakan ibu. Sebaliknya, tindakan yang bermanfaat bagi ibu dapat berdampak negatif terhadap proses kehamilan dan janin.

Risiko pada ibu dapat berupa ketuban pecah dini, melahirkan secara prematur, infeksi pada luka operasi, infeksi selaput ketuban, perdarahan, lepasnya plasenta, mengalami komplikasi sehingga rahim akhirnya harus diangkat, kerusakan organ sekitar rahim hingga kematian.

Fetal surgery tidak selalu dapat memperbaiki kualitas hidup janin. Malah, risikonya sangat besar bagi sang ibu, kendati sampai saat ini belum ada laporan adanya kematian ibu akibat tindakan ini.

Oleh karena itu, bila pada akhirnya fetal surgery menjadi pilihan, risiko dan manfaatnya benar-benar harus dipertimbangkan dan didiskusikan bersama-sama oleh tim medis dan ibu hamil beserta pasangan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya