Liputan6.com, Jakarta - T'Challa alias Black Panther, bukan satu-satunya superhero berkulit hitam di jagat sinema yang dibuat Marvel. Ada War Machine dan Falcon di luar banyaknya daftar panjang jagoan super berkulit putih Marvel.
Namun, Black Panther mengukir sejarahnya sendiri. Black Panther adalah superhero berkulit hitam pertama Marvel yang mendapat jatah film solo.
Baca Juga
Advertisement
Setelah muncul sekilas dalam Captain America: Civil War, kini kisah T’Challa akan langsung diceritakan di Wakanda, kerajaan di benua Afrika tempat sang Black Panther berkuasa.
Vibranium
Film Black Panther dimulai dengan sejarah singkat Wakanda. Ternyata dulu Wakanda pernah dihantam meteorit, yang menyebabkan daerah ini kaya dengan logam vibranium. Tak hanya itu, muncul tanaman dan bunga yang terkena radiasi dari meteor ini, yang membuat orang yang meminum sarinya akan mendapat kekuatan dari ruh leluhur Black Panther.
Bertahun-tahun kemudian, Wakanda menjelma menjadi negara dengan perkembangan teknologi yang wahid berkat vibranium. Dan rajanya, sang Black Panther, perkasa luar biasa berkat kekuatan bunga misterius tersebut.
Namun demi melindungi vibranium dan negaranya, Raja Wakanda selama ini menyembunyikan kekayaan negerinya dari dunia. Wakanda, justru dikenal sebagai negara dunia ketiga yang miskin.
Advertisement
Black Panther Baru Naik Takhta
Nah, setelah sang ayah meninggal, T’Challa (Chadwick Boseman) naik takhta menjadi Black Panther selanjutnya. Raja muda ini dihinggapi keraguan apakah ia bisa memerintah seperti sang ayah, yang ia lihat sebagai teladannya.
Sang mantan kekasih, Nakia (Lupita Nyong’o), mendorong T’Challa agar Wakanda keluar dari kedok negara miskin dan secara aktif membantu negara sekitarnya yang ditimpa kesulitan.
Sementara itu di London, Erik Killmonger (Michael B Jordan) bekerja sama dengan Ulysses Klaue (Andy Serkis) menjarah sebuah museum. Targetnya, adalah artefak Wakanda yang terbuat dari vibranium.
T’Challa, terjun langsung untuk menyelidiki kejadian ini. Ia ditemani Nakia, sang jenderal pemberani Okoye (Danai Gurira), serta bantuan jarak jauh dari sang adik yang jenius, Shuri (Letitia Wright).
Pertemuan T’Challa dengan Erik Killmonger ternyata menyibak rahasia kelam di masa lalu yang mengancam takhta sekaligus masa depan Wakanda.
Cerita Tak Terlalu Istimewa, tapi...
Durasi film Black Panther, terbilang cukup panjang, yakni dua jam lebih. Namun film ini jauh dari kata membosankan. Film Black Panther tak kalah keren dari kisah superhero lainnya yang terjadi di Amerika. Bahkan, nuansa suku Afrika dalam film ini memberikan warna tersendiri yang membuat Black Panther jadi makin asyik untuk dinikmati.
Sebenarnya, bila ditilik lebih lanjut, plot utama dalam film Black Panther sebenarnya terbilang tak terlalu istimewa. Yakni, soal intrik dalam perebutan takhta dan kekuatan, serta balas dendam. Namun banyak hal dalam film ini yang membuat cerita biasa ini menjadi luar biasa.
Advertisement
Simpati pada Sang Penjahat
Yang paling terasa, adalah bagaimana para karakter dalam film ini ditampilkan. Masing-masing dimunculkan secara kuat dan multidimensi. Beberapa yang mencuri perhatian adalah Shuri yang bandel dan kocak namun jenius, serta Okoye yang begitu serius akan tugasnya—namun tingkah dan komentar pedasnya kerap mengundang tawa.
Bahkan, sutradara sekaligus penulis skenario Black Panther, Ryan Coogler, berhasil melaksanakan tugas sulit: membuat penonton bersimpati dengan tokoh antagonis di film ini. Pasalnya, Erik Killmonger ditampilkan dengan manusiawi di film ini.
Meski tak bisa dibenarkan, ia memiliki alasan yang cukup kuat untuk segala perbuatannya. Hal ini, menjadikan Erik Killmonger sebagai tokoh antagonis yang jauh dari stereotip sekadar ‘ingin-menguasai-dunia’.
Tradisi Afrika
Hal lain yang menarik dalam film ini adalah penggambaran Wakanda. Sejumlah tradisi suku Afrika di dunia nyata yang dipinjam dan dimasukkan dalam film ini, seperti penampilkan suku dan musik, kian memperkaya nuansa film ini. Dan yang patut diberi aplaus, para suku di Wakanda digambarkan dengan sangat bermartabat.
Sutradara Ryan Coogler juga terbilang cukup jeli membenturkan budaya Amerika dan Afrika dalam film ini. Cek saja, di sela tabuhan musik perkusi yang bergemuruh di sepanjang film, musik latar langsung berubah haluan ke hip hop begitu Erik Killmonger yang berasal dari Amerika muncul ke layar.
Advertisement
Bela Diri Frontal
Satu lagi yang membetot perhatian penonton adalah desain pertarungan dalam film ini. Berbeda dari banyak film superhero lain yang lebih mengandalkan kekuatan super, pertarungan di Black Panther banyak menampilkan aksi bela diri yang frontal. Hal ini, membuat adegan laga dalam film ini mengasyikkan untuk diikuti.
Di tengah serbuan film superhero tiap tahun, Black Panther yang mulai tayang hari Rabu (14/2/2018) ini bisa dibilang memberi napas segar dari film-film serupa. Bila Marvel mampu mempertahankan hal ini, bisa jadi kegelisahan akan munculnya ‘superhero fatigue’ alias rasa bosan penonton pada film semacam ini, bisa ditangkal sejak dini.