Buya Syafii: Rugi Kalau Keindahan Alam Tak Bisa Sejahterakan Rakyat

Buya Syafii Maarif mengatakan keindahan alam Indonesia sejatinya bisa memberikan kemakmuran bagi masyarakat.

oleh Yanuar H Diperbarui 15 Feb 2018, 10:20 WIB
Sisi lain keindahan Pink Beach dilihat dari langit. / Foto: Liputan6.com/ Muhammad Husni Mubarok
Sisi lain keindahan Pink Beach dilihat dari langit. / Foto: Liputan6.com/ Muhammad Husni Mubarok
Liputan6.com, Yogyakarta Siapa yang tidak kenal dengan tokoh Buya Syafii Maarif. Tokoh Muhamadiyah ini ternyata punya menu makanan yang digemari bersama istri dan keluarga. Salah satunya menu tersebut adalah olahan ikan. Namun menu seperti tongseng dan tengkleng pun dilahapnya ia tidak takut kolesterol, hanya mencoba mengurangi gula. 
 
"Terakhir makan tongseng dan kuliner Sulawesi. Ikan laut kami semua sama. Ikan segar dengan kuah merah bumbu manis kecut pedasnya pas. Apalagi ikan baronang, itu enak sekali," ungkap Buya beberapa waktu lalu.
 
 

Keinginan ke Raja Ampat

Meski gemar kulineran, Buya Syafii Maarif mengaku kurang dalam hal berwisata bersama keluarga. Dirinya pun masih menyimpan cita-cita suatu kali bisa bepergian bersama keluarga ke Raja Ampat, Papua.
 
"Kita kurang (liburan), ada pikiran mau ke Raja Ampat dan NTT. Tapi belum kesampaian," kata Buya. 
 
Dia mengaku setelah tua ternyata banyak pikiran untuk melakukan banyak perjalanan. Namun ternyata fisik sudah tidak mampu mengikuti pikiran. Padahal Buya masih berkeinginan melihat keindahan Indonesia yang kaya. 
 
"Kita punya kaya betul bahasa, subkultur dan kuliner yang tidak ada duanya di muka bumi. Cantik betul Indonesia itu. Saya membayangkan ke Ternate makan di restoran pinggir pantai. Dengan ikan segar, dengan kuahnya yang merah. Enak betul sepertinya," bebernya seraya tertawa. 
 
 

Rugi Kalau Tak Makmurkan Rakyat

Jika Yunani punya Balos Lagoon sebagai pantai berpasir merah jambu, maka Indonesia memiliki Pink Beach yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. (Liputan6.com/ Ahmad Ibo).
Buya Syafii Maarif yang selalu memikirkan masalah bangsa mengaku, sangat rugi jika potensi tanah air tidak bisa memberikan kemakmuran bagi masyarakat. Sebab Indonesia dan kekayaan serta keindahannya di dalamnya hanya ada satu di dunia.
 
"Indonesia timur itu sangat kaya. Eman-eman kalau Indonesia dibiarkan jatuh karena kelakuan yang sekarang disebut sumbu pendek bumi datar itu," katanya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya