Berawal dari Keseleo, Deskia yang Baru Berusia 12 Tahun Harus Kehilangan Kaki

Berawal dari keseleo, Deskia yang masihi duduk di bangku SD ini jadi mengalami pembengkakan di kakinya, yang berujung amputasi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 16 Feb 2018, 17:00 WIB
Berawal dari keseleo, muncul tumor ganas di kaki kiri Deskia. (Dina Mariyana)

Liputan6.com, Jakarta Di usianya yang masih belia, Deskia Rahayu Putri harus melawan tumor ganas yang tumbuh di kakinya. Ia didiagnosis menderita kanker synovial sarcoma stadium empat. Kanker tersebut termasuk salah satu jenis sarkoma jaringan lunak atau kanker yang bermula dari jaringan lunak seperti saraf, tendon, lemak, dan otot.

Cerita bermula saat Deskia duduk di kelas 3 SD. Awalnya, ia tidak menyampaikan ke orangtua kalau dirinya keseleo. Awalnya, Deskia sehat-sehat saja dan tidak menampakkan gejala aneh. Namun, semakin hari, kakinya semakin membengkak.

Hingga sebulan kemudian, muncul benjolan sebesar kelereng di kaki kiri gadis yang sekarang berusia 12 tahun iin. Adanya benjolan tersebut membuat sang ibu, Dina Mariyana, 31, membawa putrinya untuk dipijat. Pijat yang dilakukan tidak hanya satu-dua kali saja, melainkan sampai beberapa kali.

Demi kesembuhan Deskia, Dina bahkan membawa putrinya dipijat ke ahli pijat tulang di Cimande. Ahli pijat ini biasa menangani patah tulang.

Setelah dipijat ke berbagai ahli pijat, tidak membuahkan hasil. Benjolan di kaki kiri semakin membesar hingga mencapai ukuran segenggam tangan orang dewasa.

Akhirnya, Deskia dibawa ke RSUD Bogor pada 2015. Saat pemeriksaan pertama, Deskia tidak diperiksa CT scan atau rontgen.

"Waktu itu, Deskia diperiksa ke dokter ortopedi. Katanya, tulang Deskia bagus (tidak ada gangguan). Jadi, (untuk pemeriksaan lebih lanjut), rekomendasi dokter harus periksa ke dokter bedah anak. Nah, di dokter bedah anak, dibilangnya Deskia alami pembekuan darah," ungkap Dina tatkala dihubungi Health-Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Kamis (15/2/2018).

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:


Rebusan daun serai

Awalnya, tumor ganas sebesar kelereng, akhirnya sebesar genggaman orang dewasa. (Dina Mariyana)

Untuk pengobatan pembekuan darah, Deskia harus melakukan fisioterapi selama tiga bulan, sekitar Juni-Agustus 2015. Dalam masa perawatan itu, dokter memberikan resep hot cream, yang dioleskan ke benjolan di kaki sebelum tidur.

Fisioterapi dan penggunaan hot cream diharapkan agar benjolan yang ada di kaki Deskia mengecil. Tapi benjolan itu semakin membesar. Rasa putus asa sempat menghampiri Dina.

Fisioterapi pun dihentikan karena tidak kunjung membuahkan hasil pada benjolan Deskia. Dina memutuskan merawat Deskia dirumah.

"Deskia dirawat di rumah. Saya berikan rendaman daun serai. Lalu kakinya direndam air rebusan daun serai," ujar Dina, yang tinggal di Semplak, Bogor.

Daun serai dapat meningkatkan aliran darah di sekitar arteri sehingga sirkulasi darah mengalir lancar. Untuk membuat rendaman daun serai, air yang digunakan bukan dalam keadaan hangat, melainkan harus agak panas.

Air rendaman yang agak panas supaya efek rebusan daun serai dapat dirasakan manfaatnya. Rebusan daun serai juga ditambahkan garam.


Diagnosis kanker synovial sarcoma

Tumor yang sudah diangkat, tumbuh kembali. (Dina Mariyana)

Memasuki tahun 2016, benjolan Deskia juga tidak kunjung sembuh meski sudah direndam dengan air rebusan daun serai. Dina kembali membawa Deskia berobat ke RSUD Bogor. Demi pengobatan lebih akurat, anak pertama dari dua bersaudara itu dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Deskia diminta kontrol ke dokter ortopedi onkologi. Dokter ortopedi onkologi melakukan serangkaian operasi menggunakan rontgen. Hasil pemeriksaan kaki Deskia menemukan, benjolan di kaki kirinya adalah tumor ganas.

Tindakan yang segera dilakukan adalah operasi pengangkatan tumor. Deskia melakukan operasi pada Maret 2016.

Ia tak hanya mengalami operasi pengangkatan tumor saja. Deskia harus menjalani operasi pemasangan alat kemoterapi yang ditanam di dada. Alat tersebut untuk membantu upaya penyalurkan cairan obat ke pembuluh darah agar lebih mudah.

Suntikan cairan obat akan ditusukkan ke dalam alat tersebut dengan menembus kulit. Cara ini agar pasien tidak terlalu sakit saat cairan obat kemoterapi masuk ke tubuh.


Amputasi kaki

Deskia harus menjalani kemoterapi demi perawatan kankernya. (Dina Mariyana)

Harapannya, setelah operasi benjolan tadi tidak tumbuh lagi. Namun sayangnya, setelah operasi benjolan di kaki Deskia tumbuh lagi. Munculnya benjolan lagi ternyata menandakan kanker itu makin ganas, bahkan sudah menyebar hingga ke paru-paru. Tindak lanjutnya, yakni kaki Deskia harus diamputasi.

Demi kesembuhan buah hatinya, Dina, yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga menyerahkan pengobatan dan perawatan ke para dokter di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pada November 2017, Deskia menjalani operasi amputasi kaki. Ia pun harus kehilangan kaki kirinya.

Akibat kehilangan kaki kirinya, Deskia mulai belajar berjalan menggunakan kruk. Ia juga tetap kemoterapi. Meski sudah diamputasi dan kemoterapi, Deskia masih operasi pemasangan alat kemoterapi.

"Iya, dia harus beberapa kali dioperasi. Soalnya alat kemoterapi sebelumnya, itu enggak bisa dipakai lagi (rusak). Jadi, dipasangkan alat kemoterapi baru. Yang lama dicabut, dipasang yang baru," Dina melanjutkan.


Muntah-muntah hebat

Kaki Deskia akhirnya diamputasi karena tumor ganasnya. (Dina Mariyana)

Dalam masa kemoterapi, Deskia harus berjuang. Ini karena efek kemoterapi membuat gadis itu mual dan muntah hebat. Untuk kemoterapi kali ini, Deskia tidak melakukannya di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, melainkan di RS  Harapan Kita Jakarta.

"Selama beberapa hari dikemoterapi RS  Harapan Kita Jakarta,  Deskia sudah pulang hari Selasa, 13 Februari 2018. Tapi setelah kemo itu dia mual dan muntah hebat selama tiga hari. Efek dari kemonya," ucap Dina, yang membuka warung di rumahnya.

Efek samping dari kemoterapi tidak membuat Deskia menyerah. Deskia ingin sembuh dari kankernya.

"Dia bilang, ingin sembuh. Dia bertekad untuk sembuh," ungkap Dina dengan nada haru.

Sebagai ibu, yang tanpa kepala rumah tangga di rumah, Dina terus menyemangati putrinya. Ia harus bolak-balik Bogor-Jakarta untuk menemani Deskia kemoterapi. 

Sampai hari ini, Deskia tidak patah semangat, dan terus menjalani perawatannya dengan tabah agar bisa segera sembuh.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya