Liputan6.com, Pekanbaru - Kebakaran hebat melumatkan lahan di Desa Lukun dan Desa Tanjung Sari, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti. Akibatnya, ratusan hektare lahan hangus.
Kebakaran lahan itu diduga disengaja. Pasalnya di lokasi, setelah Satuan Reserse Kriminal Polres Kepulauan Meranti turun, ditemukan sebuah pondok. Diketahui bangunan dari kayu itu dihuni seorang pria yang langsung menghilang saat kejadian.
"Ada orang tinggal di sana, tapi sudah tidak ada lagi usai kejadian, diduga kabur," kata Kapolres Kepulauan Meranti AKBP La Ode Proyek dihubungi dari Pekanbaru, Rabu, 14 Februari 2018.
Pria yang belum disebutkan identitasnya itu menjadi orang yang paling dicari. Polisi juga meminta keterangan sejumlah pihak untuk mengetahui pemilik lahan yang terbakar itu.
Baca Juga
Advertisement
"Sudah juga dipasang police line oleh Reskrim sejak kemarin," kata La Ode.
La Ode menyebutkan, lahan terbakar merupakan gambut dengan kedalaman hingga sembilan meter. Dipengaruhi keringnya cuaca dan embusan angin, api kian cepat meluas.
"Dalam hitungan jam, api cepat meluas, sudah ratusan hektare yang terbakar," sebut La Ode.
Menurutnya, lahan yang sebagian besar ditumbuhi alang-alang juga menjadi faktor cepat meluasnya kebakaran. Petugas sulit masuk ke tengah karena kedalaman gambut yang bisa membahayakan petugas.
Selain itu, lokasi kebakaran tergolong sulit dicapai. Berada di pulau, desa dimaksud hanya bisa ditempuh memakai speedboat ukuran besar.
"Tidak bisa speed yang kecil, makanya sulit dijangkau," kata La Ode.
Empat Pemilik Lahan
La Ode menyebut puluhan personel Polri, TNI, BPBD, dan warga sekitar terus mengendalikan api supaya tak meluas. Lahan yang sudah padam masih didinginkan agar tak terbakar lagi karena tiupan angin.
Data terakhir mencatat 135 hektare lahan hangus terbakar. Lokasinya di koordinat N 0053'13.5", dan E 10247'58.4". Pemilik lahan yang terbakar bernama Anuar (57) warga Desa Lukun, Buhari (54) warga Desa Lukun, Abusar (50) warga Desa Centai, Edy Susanto (48) warga Kelurahan Selatpanjang.
"Empat pemilik lahan sudah dimintai keterangannya," kata La Ode.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru menyebut ada tujuh titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan di Sumatera. Empat titik dinyatakan berada di Provinsi Riau.
"Berdasarkan pengamatan satelit, titik api itu berada di Kabupaten Pelalawan 1, Indragiri Hilir 1, dan Meranti 2. Itu di Riau, sisanya ada di Aceh 2 dan Sumsel 1," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sukisno, Rabu pagi, 14 Februari 2018.
Dari empat titik panas yang ada di Riau, dua di antaranya dipercaya sebagai titik api dengan level kepercayaan di atas 70 persen. Keduanya berada di Kepulauan Meranti.
"Dan secara umum cuaca di Riau cerah berawan, potensi hujan masih ada tapi ringan di beberapa kabupaten," ujar Sukisno.
Advertisement
Terpantau Sejak 9 Februari
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti, M Edy Afrizal, menyebut kebakaran sudah terpantau sejak 9 Februari 2018.
"Sampai sekarang dilaporkan masih berlangsung kebakarannya," sebut Afrizal.
Selama kebakaran berlangsung, Afrizal menyebut sudah ada sekitar 100 hektare lahan terbakar. Api disebutnya belum padam total karena masih ada sisa-sisa atau bara api di permukaan gambut dan mengepulkan asap tebal.
"Yang terbakar itu kebun sagu milik masyarakat, semak belukar, dan hutan bergambut," katanya.
Untuk menjinakkan api yang tersisa, BPBD bersama kepolisian setempat sudah menurunkan berbagai perlengkapan. Ratusan orang juga terlibat pemadaman agar kebakaran tak meluas.
"Ada mesin pompa air, speedboat, mesin air portabel, dan alat pendukung pemadam lainnya," kata Afrizal.
Afrizal menyebut faktor cuaca seperti kekeringan dan tiupan angin kencang membuat api cepat meluas. Ditambah lagi luasnya kebakaran sehingga petugas sulit menjangkau.
"Ditambah lagi pipanya kadang kurang atau pendek, susah menggerakkan antara lokasi satu dengan lainnya," kata Afrizal.
Saksikan video pilihan berikut ini: