Liputan6.com, Solo - Perayaan tahun baru sesuai penanggalan Tionghoa atau Imlek 2569 disambut dengan sukacita di Kota Solo, Jawa Tengah. Sebanyak 5.000 lampion menghiasi di salah satu jantung kawasan Pecinan di Solo, yakni Pasar Gede.
Guna menumbuhkan semangat kebersamaan dalam menyambut Imlek, lampion dengan bentuk replika tokoh pewayangan punakawan juga ikut berdampingan dengan lampion khas Tionghoa yang dipasang di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Solo.
Baca Juga
Advertisement
Ribuan warga mulai berdatangan ke kawasan Pasar Gede, depan Balai Kota Solo hingga Jalan Jenderal Sudiman sejak sore hari. Hal tersebut mulai terlihat sejak lampion itu belum dinyalakan.
Padahal, lampion itu mulai dinyalakan sekitar pukul 18.00 WIB. Pengunjung akan semakin berjubel setelah pukul 19.00 WIB.
Padatnya pengunjung menyebabkan panitia memperpanjang durasi waktu menyalakan lampu lampion tersebut. Dari awalnya hanya mulai pukul 18.00 hingga 23.00 WIB, kini nyala lampion diperpanjang hingga pukul 01.00 WIB.
Lampion menyambut Imlek tersebut mulai dinyalakan sejak 4 Februari hingga 4 Maret 2018 mendatang.
Ribuan Lampion Menjadi Spot Selfie
Pendar ribuan lampion menjadi sebuah keindahan sendiri. Kumpulan lampion ini pun menarik untuk dijadikan latar spot selfie. Oleh karena itu, mereka yang berkunjung ke sini selalu mengeluarkan smartphone atau kameranya untuk berfoto. Entah itu berswafoto ataupun berfoto bersama-sama.
Spot foto tak hanya tepat di Pasar Gede, tapi bisa juga memilih latar di jembatan Kali Pepe. Di bagian jembatan ini juga telah terangkai lampion yang menjulang maupun menggantung ramai.
Menariknya di bagian atas ada bunga artifisial berwarna buatan. Lampion yang dirangkai dengan sedemikian rupa memunculkan pendar kuning, biru, merah, hijau, dan putih.
Lampion yang dipasang menggantung itu tak hanya di kawasan Pasar Gede, tapi juga dipasang di atas Jalan Jenderal Sudirman hingga Bundaran Gladag, Solo. Keberadaan ribuan lampion berbentuk bulat itu seolah menyulap kawasan tersebut layaknya China Town atau Pecinan pada malam hari.
Advertisement
Lampion Shio dan Punakawan
Selain lampion berbentuk bulat, lampion dengan bentuk shio dan tokoh pewayangan juga ikut dipasang di Jalan Jenderal Sudirman, Solo. Ada 12 lampion shio yang memiliki ukuran tinggi sekitar dua meter terpasang di bagian tengah jalan itu. Di antaranya, shio tikus, sapi, harimau, kelinci, ular, dan kambing.
Sementara di depan gerbang Balai Kota Solo ikut dipasang shio tokoh pewayangan, punakawan yang terdiri dari Petruk, Gareng, Semar, dan Bagong. Lampion punakawan itu juga ikut diserbu warga untuk spot selfie.
Saking banyaknya warga yang ingin berfoto dengan latar lampion shio maupun punakawan, pihak Dinas Perhubungan Kota Solo serta Satlantas Polresta Solo memberlakukan sistem buka-tutup dari perempatan Telkom menuju Balai Kota Solo.
Langkah ini diambil untuk memanjakan para pengunjung supaya leluasa menikmati dan mengabadikan keindahan lampion di jantung Kota Solo.
5.000 Lampion Meriahkan Imlek di Solo
Ketua Panitia Imlek Bersama 2018 Sumartono Hadinoto mengatakan untuk memeriahkan Imlek 2569 telah dipasang sebanyak 5.000 lampion di kawasan Pasar Gede hingga di kawasan Jalan Jenderal Sudirman.
Lampion tersebut mulai dipasangi di kawasan tersebut sejak 1 Februari 2018. Dengan adanya 5.000 lampion di kawasan Pasar Gede hingga Jalan Jenderal Sudirman maka suasana malam menjadi kian indah dan ramai.
"Lampion itu mulai nyala sekitar tanggal 4 Februari lalu," ucap dia di Solo, Kamis, 15 Februari 2018.
Advertisement
Wujud Akulturasi Budaya
Selain lampion berbetuk bulat, lanjut Sumartono, panitia juga memasang lampion berbetuk shio dan punakawan di kawasan Jalan Jenderal Sudirman dan depan Balai Kota Solo yang baru dipasang beberapa hari lalu. Keberadaan lampion yang mengusung budaya Jawa dan Tionghoa itu untuk menunjukkan akulturasi budaya yang telah lama terjalin.
"Adanya lampion shio dan punakawan itu, kita berusaha melakukan kolaborasi budaya yang semakin nyata. Pasalnya, Imlek sudah jadi miliknya masyarakat Solo. Kami ingin, Imlek ini menjadi branding kemajemukan di Kota Solo," harapnya.
Selain lampion shio, Sumartono menambahkan, ada juga maskot shio tahun berupa anjing tanah yang terbuat dari anyaman rotan. Shio anjing tanah itu diletakkan di depan Kantor Bank Indonesia Solo.
"Ada lima maskot shio anjing tanah yang terbuat dari anyaman rotan. Itu merupakan karya kerajinan tangan dari dari UNS," ucapnya.
Filosofi Lampion
Sumartono menjelaskan, setiap menjelang datangnya Imlek, warga Tionghoa selalu memasang lampion di depan rumah.
Bila merunut dari leluhurnya di Tiongkok, lampion awalnya bermakna sebagai penerangan. Adapun warna merah merupakan warna yang meriah dan penuh kebahagiaan.
"Lampion warna merah karena dalam suasana Imlek itu merah warna dominan yang menunjukkan warna kebahagiaan, tolak balak, dan lainnya,” kata dia.
Advertisement
Lampion Imlek Solo Jadi Destinasi Wisata
Menurut Sumartono, keindahan ribuan lampion yang terpasang di kawasan Pasar Gede telah menjadi objek wisata di Kota Solo. Bahkan, pengunjung yang datang tidak hanya dari Solo, tapi juga dari berbagai kota di luar Solo.
"Solo telah menjadi salah satu destinasi wisata Imlek yang ada di Indonesia," ujarnya dengan penuh bangga.
Dalam kesempatan ini, Sumartono pun meminta maaf kepada para penggguna jalan yang melintasi kawasan Bundaran Gladag hingga Pasar Gede. Terutama, bila terjebak macet dampak dari ramainya pengunjung yang ingin melihat lampion.
"Kami minta maaf atas ketidaknyamanan para pengguna jalan karena perjalanannya menjadi macet," katanya.
Saksikan video pilihan di bawah ini: