Tak Berubah, BI Tetapkan Suku Bunga Acuan di Level 4,25 Persen

Keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia berlaku efektif sejak 16 Februari 2018.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Feb 2018, 16:45 WIB
Deputi Gubernur BI Senior Mirza Adityaswara (kiri) bersama Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo berbicang saat menggelar konferensi pers Triwulan III Bank Indonesia (BI) di Gedung BI, Jakarta, Selasa (17/11/2015). (Liputan6.com/Angga Yunia)

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung pada 14-15 Februari 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate di angka 4,25 persen, dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 3,50 persen dan Lending Facility tetap sebesar 5,00 persen.

"Keputusan tersebut berlaku efektif sejak 16 Februari 2018," jelas Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Di Jakarta, Kamis (15/2/2018).

Menurut Agus, keputusan tersebut konsisten dengan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta turut mendukung pemulihan ekonomi domestik.

BI memandang bahwa kebijakan moneter yang telah dijalankan oleh bank sentral saat ini sudah memadahi untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Namun Bank Indonesia tetap mewaspadai beberapa risiko baik di dalam negeri maupun internasional. Salah satu risiko yang perlu diwaspadai adalah penigkatan ketidakpastian pasar keuangan global terkait kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) dan pningkatan harga minyak dunia.

Sedangkan risiko dari dalam negeri antara lain konsolidasi korporasi yang terus berlanjut dan peningkatan inflasi.


Prediksi

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat akan memberikan keterangan pers di Jakarta,(19\8). Hasil Rapat Dewan Gubernur BI mencatat triwulan II 2016 mempertahankan 7 days Repo Rate sebesar 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pengamat ekonomi Indef, Bhima Yudhistira memperkirakan BI mempertahankan suku bunga acuannya atau 7 Days Repo Rate pada level 4,25 persen.

‎"Proyeksi 7 Days Repo Rate diprediksi tetap di 4,25 persen. Hal ini melihat tekanan eksternal yang mengalami eskalasi sejak terjadinya fenomena global sell off. Depresiasi rupiah hingga 13.600 membuat BI harus menjaga suku bunga di level yang menarik bagi investor asing," ujar Bhima.

Dia menuturkan,‎ BI juga perlu memperhatikan yield spread yang makin sempit antara treasury bond bertenor 10 tahun dan surat utang pemerintah.

Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, kata Bhima, yield treasury 10 tahun mencapai 2,85 persen. Sementara surat utang pemerintah Indonesia yield-nya di kisaran 6,4 persen.

"Jika yield spread menyempit maka investor akan memilih treasury bond di AS. Dorongan Fed rate yang akan naik tiga kali juga menambah ketidakpastian arus modal asing. Potensi capital outflow masih besar dalam beberapa bulan ke depan," kata dia.

Bhima menyatakan,‎ ruang pelonggaran moneter yang bisa dilakukan oleh BI sangat sempit sehingga sulit untuk melakukan perubahan terhadap suku bunga acuannya.‎ Selain itu, faktor inflasi dalam negeri juga berpengaruh.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya