Liputan6.com, Jakarta Pada 14 Februari 2018, aktor Fachri Albar ditangkap polisi dengan barang bukti dumolid, ganja, sabu. Di hari yang sama, lagi-lagi ada artis yang ditangkap setelah kedapatan memesan sabu yakni Roro Fitria.
Belum ada dua bulan lalu, artis Jennifer Dunn pun ditangkap polisi karena sabu. Menurut orang yang menjual sabu berinisial FS, Dunn sudah beberapa kali memesan narkoba tersebut.
Advertisement
Banyak kemudian yang bertanya-tanya, kenapa jenis narkoba ini yang akhir-akhir ini kerap disalahgunakan?
Menurut Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) dr. Diah Setia Utami, SpKJ, MARS rupanya ada tren penggunaan jenis narkoba dari satu masa ke masa.
"Jadi, memang semua itu ada trennya setiap sekitar satu dekade," katanya saat dihubungi Health-Liputan6.com, Kamis (15/2/2018).
Diah mengajak kilas balik di sekitar tahun 1970-an. Saat itu narkoba yang kerap ditemukan adalah morfin. Lalu, sekitar satu dekade berikutnya adalah ganja. Kemudian, di 1990-an sampai 2000-an awa,l narkoba yang sering dipakai adalah heroin.
"Kemudian yang awal 2000 rasa-rasanya mulai sabu, ya kebetulan ada trennya," kata Diah.
Sabu membuat penggunanya merasakan efek stimulan. Dia jadi terpacu untuk mengerjakan sesuatu dan menimbulkan rasa nyaman. Padahal, penggunaan sabu membuat kerusakan otak hingga gangguan fisik dan jiwa seperti disampaikan Diah.
Saksikan juga video menarik berikut:
Perkara harga
Tren sabu tak cuma ada di Indonesia. Menurut Diah 'serangan' sabu pun hadir dari luar negeri ke Indonesia. Sekitar seminggu lalu kapal berbendera Singapura ditangkap dan ditemukan sabu seberat 1 ton di dalamnya.
"Tangkapan kemarin itu sabu 1 ton, berarti memang begitulah trennya dari sabu. Ya memang di beberapa daerah tertentu masih pakai tren yang lama, tapi banyak di ASEAN kerap ditemukan penggunaan sabu," katanya.
Selain terkait tren per dekade, Diah menuturkan tentang produksi sabu yang lebih mudah dibanding narkoba jenis lain. Hal ini juga membuat harga sabu jadi lebih murah dibanding narkoba lain.
"Sabu ini sepertinya lebih gampang diproduksi karena banyak sintetisnya, akhirnya ya lebih banyak digunakan karena lebih banyak diproduksi. Sehingga harganya lebih murah daripada yang susah dicari," kata Diah.
Advertisement