Liputan6.com, Bendigo - Seiring meningkatnya populasi masyarakat keturunan Tionghoa di Australia, membuat perayaan Imlek kian mendapat tempat di tengah masyarakat negeri kanguru itu sejak satu dekade terakhir.
Salah satu penanda uniknya kehadiran Sun Loong, yakni berupa atraksi naga China serupa barongsai, namun dengan ukuran yang lebih besar dan panjang.
Dilansir dari laman Australia Plus pada Kamis (15/2/2018), Sun Loong disebut sebagai atraksi naga terpanjang dan terbesar yang eksis saat ini.
Baca Juga
Advertisement
Tidak seperti naga di negara-negara barat lainnya, Sun Loong adalah sosok naga yang digambarkan dalam budaya China berasal dari surga dan mampu terbang melewati awan dan hujan, yang mengairi tumbuh-tumbuhan.
Dengan panjang mencapai 100 meter, tubuh naga Imlek ini dilapisi 6.000 sisik yang terbuat dari kain sutera dengan total 90 ribu buah kaca kecil yang dipotong secara manual.
Sun Loong bukanlah naga biasa. Ia 'dilahirkan' dari tangan oleh Lo On Kee di tahun 1969 di kota Bendigo, negara bagian Victoria. Lo sendiri dikenal sebagai pembuat kostum ternama di Hong Kong yang menggunakan cara-cara tradisional, sebelum kemudian beremigrasi dan menetap di Australia hingga akhir hayatnya.
"Banyak contoh kerajinan membuat naga seperti ini hancur saat Revolusi Budaya di China, kami di Bendigo sangatlah beruntung memilik Lo On Kee, dan mempertahankan tradisi yang telah dilestarikannya ini," ujar Dan Beck, warga Austraiia yang telah mengakrabi budaya terkait sejak usia dini.
Untuk berpawai saat Imlek, Sun Loong harus dibawa oleh 52 orang, termasuk Dan yang membawa dan mengangkat kepala sang naga, dengan berat mencapai 29 kilogram. Ia harus bergantian dengan lima orang lainnya untuk tugas membawa kepala ini.
Kontribusi Budaya China Bagi Australia
Satu hal menarik dari eksistensi Sun Loong adalah waktu ditampilkannya, yakni identik dengan perayaan Paskah, dibandingkan Imlek yang hadir tidak lebih dari simbol seremonial.
Sun Loong saat perayaan Paskah bisa berukuran raksasa dan ditampilkan dengan sangat meriah. Hal ini berkebalikan dengan penampilannya di perayaan Imlek, yang terbatas pada komunitas keturunan Tionghoa saja.
"Kembali ke abad ke-19, warga China memutuskan untuk menampilkan naga untuk perayaan Paskah dengan tujuan mengumpulkan uang untuk rumah sakit setempat. Dengan cara ini, mereka bisa berkontribusi bagi masyarakat, sekaligus budaya mereka diperingati oleh masyarakat luas," ujar Anita kepada kantor berita ABC.
Lebih dari seratus tahun kemudian, tradisi fenomenal ini terus berlanjut.
Kecintaan masyarakat terhadap Sun Loong terlihat, saat baru-baru ini, Museum Naga di Bendigo mencoba menggalang dana untuk mengganti Sun Loong yang sudah berusia 48 tahun dan rapuh.
Pengumuman penggalangan dana tersebut berhasil mengumpulkan sekitar Rp 8 juta dalam waktu sehari, dan dalam tiga hari berhasil membiayai penggantian Sun Loong dan pengelolaan museum terkait.
Advertisement