Liputan6.com, Houston - Konsulat Jenderal RI di Houston, Amerika Serikat menyatakan bahwa tidak ada korban WNI dalam kasus penembakan sekolah di Florida, tepatnya di Marjory Stoneman Douglas High School, Parkland.
Marjory Stoneman Douglas High School menjadi lokasi kasus penembakan sekolah pada Rabu 14 Februari 2018. Di mana menewaskan 17 orang dan menyebabkan 17 lainnya terluka.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, KJRI Houston menjelaskan bahwa terdapat 1 siswa WNI yang bersekolah di Marjory Stoneman Douglas High School.
Namun, kini pihak konsulat telah memastikan bahwa 1 siswa WNI itu tidak termasuk dalam daftar korban tewas maupun luka.
"Berdasarkan informasi dari warga dan daftar nama korban yang telah dirilis media setempat, pada hari ini, dapat dikonfirmasi bahwa tidak terdapat korban siswa WNI dalam peristiwa tersebut," papar rilis resmi dari KJRI Houston yang diterima Liputan6.com pada 16 Februari 2018.
Kasus di Marjory Stoneman Douglas High School menjadi peristiwa penembakan sekolah yang ke-18 di Amerika Serikat sepanjang tahun 2018, menurut data dari Everytown for Gun Safety.
Kasus di Marjory Stoneman Douglas High School
Setidaknya 17 orang tewas dan 17 lainnya dilarikan ke rumah sakit dalam penembakan sekolah menengah di Parkland, Florida, Amerika Serikat, pada Rabu, 14 Februari 2018 waktu setempat.
Menurut Sheriff Broward County, Scott Israel, tersangka merupakan mantan siswa berusia 19 tahun bernama Nikolas Cruz. Meski sempat menjadi buronan usai penembakan, pemuda itu saat ini telah ditangkap.
Israel menyebut latar belakang Cruz, "sangat, sangat mencemaskan".
Aparat penegak hukum pertama kali menerima panggilan darurat penembakan sekolah di Marjory Stoneman Douglas High School sebelum pukul 15.00.
Seorang siswa bernama Kayden Hanafi mengatakan, ia mendengar dua suara tembakan dan melihat siswa lain berlarian ke gedung lain. Awalnya, ia dan teman-temannya mengira bahwa itu adalah suara petasan.
"Adalah berkah besar karena kami masih hidup," kata Hanafi seperti dimuat CNN.
Siswa lain, Nicole Baltzer, mengatakan bahwa ia sedang berada di kelas trigonometri sekitar 10 menit sebelum bel pulang sekolah berdering. Ia mendengar enam suara tembakan dan semua orang berlari ke dalam sekolah.
"Aku mendengar banyak suara tembakan, setidaknya ada enam. Itu terdengar sangat dekat," ujar Baltzer.
Petugas kepolisian memintanya untuk menutup mata saat ia dan teman-temannya berjalan melewati sebuah ruang kelas dengan jendela pecah akibat penembakan sekolah. "Polisi berkata tak ada hal baik yang dapat dilihat di sana," kata gadis berusia 18 tahun itu.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement