Liputan6.com, Jakarta - Foto e-ticket pesawat atas nama pentolan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab viral. Lembaran berisi informasi penerbangan untuk Rizieq Shihab itu ternyata hanya bukti booking penerbangan.
Namun, Pembina Presidium Alumni 212, Kapitra Ampera membenarkan adanya tanda booking tiket pesawat tersebut. Pihaknya lah yang melakukan pem-booking-an itu untuk Rizieq Shihab.
Advertisement
"Insyaallah benar. Orang-orang kita yang di sana yang memesan," ujar Kapitra ketika dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (16/2/2018).
Menurut dia, tiket tersebut sengaja di-booking terlebih dahulu sembari menunggu kepastian dari Rizieq Shihab.
Sebelumnya, Ketua Panitia Penyambutan Rizieq Shihab Eggi Sudjana membantah kalau foto e-ticket tersebut asli. Lalu, apa alasannya?
Kapitra menyebut, bisa jadi memang ada perubahan rencana kepulangan Rizieq Shihab.
Tunggu Istikharah
Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab disebut-sebut akan pulang ke Indonesia pada 21 Februari 2018. Penasihat Presidium Alumni 212, Eggi Sudjana, menjelaskan, kepulangan Rizieq merupakan keinginan dari para simpatisan tersangka kasus chat seks itu.
"Animo besar dari umat, ingin Habib (Rizieq) pulang. Jadi, kuncinya harus dipahami, bukan Habib ingin pulang, bukan Habib mau dilindungi dan sebagainya. Tapi kita umat yang minta Habib pulang," ucap Eggi di kantornya, Jakarta, Sabtu (10/2/2018).
Akan tetapi, lanjut dia, permintaan itu tak langsung disanggupi oleh Rizieq Shihab. Rizieq mengatakan, menjawab permintaan itu menunggu hasil istikharah.
"Habib sudah jawab kepada saya (Eggi). Saya (Rizieq) mohon diberikan kesempatan istikharah. Karena sedang di Mekah, lebih afdol di depan Kakbah. Karena itu jawabannya, saya tidak bisa penginnya ayo pulang. Jadi, hormati hasil istikharahnya," tutur Eggi.
Menurut dia, masih ada pro kontra soal kepulangan Rizieq. Oleh karena itu, dia tidak akan memaksakan Rizieq Shihab untuk pulang. Dia ingin menghormati privasi, pendapat, dan keyakinan Rizieq Shihab.
"Karena, ini menyangkut peristiwa besar yang bisa terjadi. Misalnya, pendukung Habib. Setia pada Habib itu pasti membela habis-habisan. Dan bahkan banyak yang menyatakan kepada saya, siap mati sahid. Sisi lain, komunitas lain ada yang antihabib. Tentu tidak menghendaki kehadirannya. Kalaupun ada harus ditangkap dan sebaliknya. Maka bisa dibayangkan konflik horizontal terjadi," tutur Eggi.
Advertisement