Liputan6.com, Jakarta Belasan petugas hansip langsung bersiaga kala seorang dipanggil 'Bos' datang menghampiri sederet pengemis di emperan Vihara Dharma Bhakti, Jawa Barat.
"Duduk duduk, baris!" teriak lantang seorang hansip kepada ratusan pengemis.
Advertisement
Para hansip berbaju hijau itu langsung memberi pengawalan di tiap baris kelompok pengemis.
Kala si 'Bos' datang, terlihat sorotan tajam para pengemis ke arah pria berbatik coklat hitam tersebut. Kantong plastik merah berisi duit pecahan Rp 20 ribu langsung dibagikannya selembar demi selembar.
"Bagi-bagi ya, satu orang Rp 10 ribu ini buat berdua ya," kata si pembagi yang karib disapa si bos ini kepada para pengemis, di Vihara Dharma Bhakti, Jumat (16/2/2018),
Usai membagikannya selama hampir 20 menit, si bos pun langsung bergegas meninggalkan lokasi dengan pengawalan ketat hingga ke dalam mobil.
Tradisi Imlek membagikan angpao adalah gak lumrah dilakukan setiap tahunnya. Harapannya adalah semoga bisa membawa berkah di tahun yang baru ini.
Tahun baru China kali ini bershio Anjing Tanah. Tahun Baru Imlek selalu ditandai dengan kemeriahan berbagai macam petasan dan betapa elegannya tarian singa yang ditampilkan diberbagai tempat.
Turun Temurun
Pemandangan ratusan pengemis di Wihara Dharma Bhakti, Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, sudah tidak asing lagi. Ada yang digendong, ada ya dibiarkan berkeliaran, hingga ada yang dibiarkan tidur beralaskan karton.
Miris memang, kendati mereka punya alasan tersendiri. Rosidah (35) mengaku sudah langganan membawa anak-anaknya ikut mengemis saat perayaan Imlek tiap tahunnya.
"Anak saya tiga, ini yang digendong masih balita, bawa anak biar bisa tambah rejeki angpao juga," kata dia sambil tertawa kecil di lokasi, Jumat (16/2/2018).
Hampir senada, Bu Yuyun, pengemis asal Jakarta ini juga membawa anaknya yang masih terbilang kecil.
"Kalau saya tinggal anak saya, di rumah dia tidak yang jaga," ujar ibu berusia 42 tahun ini.
Terkait keberadaan mereka, Dewan Penasihat Wihara Dharma Bhakti Tan Adi Pranata mengatakan, keberadaan mereka sudah turun temurun adanya. Pihak wihara sendiri tidak bisa melarang keberadaan mereka, dengan catatan tidak mengganggu umat beribadah.
"Kepada mereka ini bukan saat Imlek saja, setiap hari juga ada. Cuma memang kalau hari besar jumlahnya banyak, intinya jangan sampai mengganggu ketertiban umat sembahyang," jelas dia.
Advertisement