NASA Punya Ban Tanpa Udara, Bagaimana Cara Kerjanya?

Seiring dengan perkembangan teknologi, teknologi ban pun juga memiliki inovasi. NASA mencoba melakukan itu dengan meluncurkan ban tanpa udara (airless tires). 

oleh Yurike Budiman diperbarui 18 Feb 2018, 08:12 WIB
NASA mengeluarkan ban tanpa udara (nasa.gov)

Liputan6.com, Washington - NASA (National Aeronautics and Space Administration) terus berinovasi dalam mengembangkan roda kemudinya. Di saat satelit dan roket riset, menjelajahi wilayah di luar angkasa yang belum terjangkau, para insinyur dan ilmuwan berusaha menciptakan kombinasi roda dan ban yang sempurna di bumi.

Dikutip dari Popular Mechanics, Minggu (18/2/2018), inovasi terbaru NASA ini didasari atas ide yang telah ada selama bertahun-tahun, ban tanpa udara yang dinamakan Superlastic Tire. Ban ini menggunakan Shape Memory Alloys yang merupakan kelompok paduan logam yang dapat menemukan kembali dengan baik regangan permanennya bila dipanaskan pada suhu tertentu.

Seperti banyak terobosan yang sudah dilakukan, perkembangan terbaru NASA lahir dari inovasi ban sebelumnya. Pada akhir 2000-an, NASA melakukan pengujian untuk kendaraan penjelajah bulan. Saat itu, ban kendaraan tersebut menggunakan baja pegas, dan meskipun bekerja dengan baik, mereka rentan terhadap deformasi plastik atau penyok saat diletakkan beban berat.

Hingga akhirnya, seorang ilmuwan NASA, Santo Padula mengunjungi laboratorium Simulated Lunar Operations (SLOPE) di Pusat Penelitian Glenn milik NASA. Ia menghasilkan penggabungan teknologi yang revolusioner.

Padula menyarankan menggunakan Shape Memory Alloys dalam bentuk pengeras radial pada ban, bukan baja pegas atau kenyal.


Material yang Dipakai

Ban tanpa udara NASA yang menggunakan shape memory alloys (NASA)

Bahan yang digunakan untuk teknologi pada ban ini adalah titanium nickel stoikiometri. Kawat nikel sangat lembut dan kenyal. Dalam melakukan kerjanya, atom material lainnya akan meregang sampai putus saat mengambil paksaan beban berat. Paduan nikel titanium ini disusun kembali pada tingkat atom dan akan kembali ke bentuk semula setelah beban lepas.

Menurut Padula, ini memungkinkan terjadinya deformasi 30 persen lebih banyak tanpa perubahan atau kerusakan permanen. Perpaduan logam dalam Shape Memory Alloys tersebut bisa mencapai 10 persen untuk membalikkan ketegangan. Hasil ini berbeda jauh bila menggunakan baja sebelumnya yang hanya mampu mengembalikan bentuk roda 0,3 sampai 0,5 persen saja. Dalam bentuk prototipe, ban tampak seperti baju zirah, atau baju rantai.

Kelebihan jenis ban ini sudah jelas. Tidak hanya menghilangkan masalah potensial dengan suhu atau tekanan seperti pada ban yang berisi gas, namun juga menghilangkan kemungkinan deflasi.

Prototipe terbaru ini juga lebih ringan. NASA mengatakan bahwa paduan tersebut memungkinkan pengontrolan kekakuan ban, yang dapat disesuaikan dengan berbagai beban pada berbagai jenis medan dan gravitasi yang berbeda dari planet lain.

Meskipun prototipe ini dibuat untuk kendaraan yang akan digunakan untuk melakukan misi ke planet Mars, NASA mengatakan bahwa teknologi tersebut dapat diaplikasikan di bumi. 

Tentu saja, daya tarik, kemampuan kecepatan, dan biaya akan menjadi masalah utama, namun kendaraan komersial yang hanya melakukan perjalanan dengan kecepatan rendah dan beroperasi di jalan aspal bisa menguntungkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya