NASA 'Pulangkan' Batu Kuno ke Planet Mars, Ini Alasannya

Sebuah batu berumur jutaan tahun dikembalikan ke Mars. Begini penjelasan dari pihak-pihak terkait.

oleh Afra Augesti diperbarui 17 Feb 2018, 20:24 WIB
Ilustrasi ekor magnetik di planet Mars. Garis-garis kuning melambangkan medan magnet. (Sumber NASA/Goddard Space Flight Center/University of Colorado/Anil Rao)

Liputan6.com, Washington, DC - Sebuah batu berumur jutaan tahun dikembalikan ke asalnya di Mars. Batu kuno, yang diberi nama "Sayh al Uhaymir 008" atau "SaU008" itu adalah bagian dari salah satu meteorit yang pernah mendarat di Bumi, setelah terhempas dari Mars jutaan tahun lalu.

SaU008 ditemukan di Oman pada tahun 1999. Benda antarikasa ini merupakan satu-satunya dari 200 batu serupa yang cukup kuat untuk dikembalikan ke Mars, menurut NASA.

"Setiap tahun, kami menyediakan ratusan spesimen meteorit untuk ilmuwan di seluruh dunia agar dipelajari," ujar Caroline Smith, kurator meteorit dari Natural History Museum di London, Inggris, seperti dikutip dari Fox News, Sabtu (17/2/2018).

"Ini adalah pertama kalinya kami mengembalikan salah satu sampel ke asalnya untuk kepentingan sains," imbuh Smith.

Potongan meteorit tersebut akan diterbangkan ke Mars sebagai bagian dari misi penjelajahan NASA: Mars 2020. Setelah tiba di tanah asalnya, SaU008 akan diembuskan untuk mengkalibrasi laser presisi tinggi bernama SHERLOC, yang diposisikan pada lengan robot rover.

SHERLOC dirancang untuk memeriksa fitur batuan dan elemen kimia yang ada di Planet Merah tersebut. Di masa lalu, NASA pernah menggunakan batuan, logam dan potongan kaca untuk membantu menyesuaikan teknologi serupa yang diterapkan di lingkungan Mars yang baru.

Namun kali ini, NASA berpikir bahwa akan lebih efektif untuk menggunakan sesuatu yang sudah memiliki komposisi sama, seperti SHERLOC yang dirancang untuk menjelajahi sebuah planet.

"Kami mempelajari hal ini dalam skala yang begitu kecil, sehingga apabila ada sedikit ketidaksesuaian yang disebabkan oleh perubahan suhu, kami dapat segera memperbaruinya," kata Luther Beegle, penyidik ​​utama NASA.

Setelah laser disesuaikan, ia akan memotret batuan di Mars dengan menggunakan sinar UV untuk menganalisa dan mencari tanda-tanda kehidupan.


Penampakan Gletser di Mars

Penampakan gletser yang terkubur di Mars. (HO/NASA/AFP)

Para periset mengungkapkan, gletser yang terkubur kini telah terlihat di Mars. Fenomena ini memberikan petunjuk baru tentang jumlah air yang dapat diakses di Planet Merah itu. Selain itu, gletser itu juga menunjukkan keberadaan pasti sumber air.

Meskipun es telah lama diketahui ada di Mars, pemahaman mendalam mengenai penemuan lokasinya merupakan hal penting bagi penjelajah manusia di masa depan, kata laporan di jurnal Science.

"Astronot pada dasarnya hanya bisa pergi ke sana dengan membawa ember dan sekop untuk mendapatkan air yang mereka butuhkan," ujar penulis Shane Byrne dari University of Arizona Lunar and Planetary Laboratory di Tucson, Arizona, Amerika Serikat, dilansir Channel News Asia, Jumat 12 Januari 2018.

Sebanyak delapan situs es, yang dalamnya mencapai satu meter di bawah permukaan atau bahkan ada yang mencapai lebih dari 100 meter, dinyatakan telah terkena erosi. Bekas erosi ini terlihat mirip dengan es murni.

Penemuan tersebut terkuak setelah pesawat luar angkasa Mars Reconnaissance Orbiter (MRO), yang diluncurkan pada tahun 2005, mengirimkan gambar dan data kepada para peneliti.


Penyebaran Es

Penampakan benda mirip sendok di Planet Mars. (NASA)

Namun, sekarang para ilmuwan menyadari bahwa es tersebut telah menyebar luas dari perkiraan sebelumnya, kata pemimpin penelitian Colin Dundas, yang juga merupakan seorang ahli geologi dari US Geological Survey di Flagstaff, Arizona.

"Ada lapisan es di bawah tanah yang dangkal, sekitar sepertiga permukaan Mars. Penemuan ini mencatat sejarah baru," katanya.

Peneliti mengatakan, es tersebut berisi gumpalan dan variasi warna. Ini menunjukkan, es dibentuk dari lapisan demi lapisan, mungkin seperti akumulasi salju dari waktu ke waktu yang menyebabkan lapisan es.

Mereka percaya bahwa es terbentuk baru-baru ini, karena situs tersebut tampak mulus di permukaan dan tidak tersentuh kawah. Tapi cara dan waktu terbentuknya es masih belum jelas.

Tebing-tebing tersebut terletak di belahan bumi utara dan selatan Mars, dengan garis lintang 55 sampai 58 derajat. Apabila di Bumi, serupa dengan Skotlandia atau ujung Amerika Selatan.

Namun, wilayah tersebut tidak terlalu berbahaya seperti kutub, dan jika sampel dapat dibor dari salah satu gletser, para periset dapat belajar banyak tentang iklim Mars dan potensi kehidupan di planet tetangga Bumi.

NASA berencana untuk mengirim penjelajah manusia pertama ke Mars pada tahun 2030-an.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya