Miris, Hanya 6 Persen Orang yang Mampu Wujudkan Impian Masa Kecil

Sebuah studi yang dipaparkan agensi kreatif hybrid, Flock, mengungkap kurang dari 6 persen orang dewasa yang mampu mewujudkan cita-citanya.

oleh Iskandar diperbarui 18 Feb 2018, 12:00 WIB
Bruce McCandless, astronot pertama yang terbang melayang di luar angkasa. (Foto: BBC)

Liputan6.com, Jakarta - Ternyata hanya sedikit orang dewasa yang dapat mewujudkan impian masa kecil mereka. Sebuah studi yang dipaparkan agensi kreatif hybrid, Flock, mengungkap kurang dari 6 persen orang dewasa yang mampu mewujudkan cita-citanya.

Kenyataan yang mengejutkan memaparkan sebanyak 92 persen orang dewasa gagal mencapai aspirasi yang mereka tetapkan di waktu muda, dengan 20 persen di antaranya merupakan pelaku kronis yang memiliki sifat menunda-nunda.

"Memang ada banyak faktor yang menjadi penyebab masalah ini, tapi prokrastinasi atau sikap menunda-nunda menjadi salah satu hambatan utama yang umum," kata CCO Flock Leonard Wiguna melalui keterangan resminya, Minggu (18/2/2018) di Jakarta.

Bukan itu saja, lanjut Leonard, keraguan diri atau impostor syndrome juga menjadi penyebab utama yang menjauhkan individu dari potensi penuh diri mereka masing-masing.

Fakta ini kemudian dituangkan Flock untuk membuat kampanye kreatif sebuah e-Commerce di Indonesia, yang diarahkan oleh Rajay Singh dari Think Tank.

Kampanye itu didesain agar memberikan pengalaman seru, dihadirkan dalam serial video berdurasi pendek penuh warna yang ditutup dengan tanda pagar #MulaiAjaDulu.

“Dengan kampanye ini kami ingin orang-orang berhenti menunda-nunda dan menyabotase diri sendiri dalam mengejar mimpi,” pungkas Leonard.


5 Prediksi Tren e-Commerce di Indonesia pada 2018

Ilustrasi e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

Bicara soal e-Commerce, Shopback sebagai platform e-Commerce cashback menganalisis beberapa hal yang akan menjadi tren di sektor e-Commerce pada 2018.

Hasilnya, ada lima hal yang diprediksi akan menjadi buah bibir di sektor e-Commerce pada tahun ini. Berikut ini paparan lengkapnya:

1. Semakin banyak pedagang offline beralih ke online

Pertumbuhan positif e-Commerce di Indonesia membuat perubahan pola belanja masyarakat yang semakin bergeser ke arah elektronik atau belanja online.

Hal ini membuat beberapa gerai ritel di Indonesia berhenti beroperasi. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) memprediksi akan ada lebih dari 50 gerai ritel berhenti beroperasi dan mencoba mengubah format bisnis mereka agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

Perubahan pola perilaku belanja ini juga ditunjukkan dengan jumlah transaksi e-Commerce yang meningkat. Laporan tahunan yang dikeluarkan We Are Social menunjukkan persentase masyarakat Indnesia yang membeli barang dan jasa secara online dalam kurun waktu sebulan pada 2017 mencapai 41 persen dari total populasi, naik 15 persen dibandingkan 2016 yang hanya 26 persen.

Berdasarkan survei Shopback terhadap lebih dari 1.000 responden di Indonesia untuk melihat pola belanja masyarakat, sebanyak 70,2 persen mengaku keberadaan toko online memengaruhi pola belanja. Mereka menjadi lebih sering berbelanja online dibangingkan di toko offline.

Selain itu, sebanyak 83,1 persen responden mengaku pernah ke toko offline untuk melihat barang, tapi kemudian membelinya secara online.

"Hal ini disebabkan banyak promo diskon yang ditawarkan platform e-Commerce, ditambah lagi mereka akan mendapatkan cashback jika melakukan transaksi belanja di ShopBack," ​Country General Manager Shopback Indonesia, Indra  Yonathan.


2. Mobile wallet semakin marak

Ilustrasi E-commerce (Liputan6.com/Sangaji)

Berdasarkan data lembaga riset digital eMarketer, jumlah pengguna smartphone di Indonesia diprediksi akan mencapai lebih dari 100 juta.

Jumlah ini diklaim akan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar ke empat di dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat (AS). Hal ini tentunya menjadi potensi sangat besar untuk mengembangkan mobile wallet atau dompet digital di Indonesia.

Sepanjang 2017, ShopBack melihat ada beberapa mobile wallet yang sering diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia, yakni GoPay, Jenius, TCash, Pay Pro dan OVO. Dilihat dari Google Trends, jumlah pencarian untuk kelima mobile wallet ini mengalami peningkatan.

Yonathan menilai tahun ini penggunaan mobile wallet akan mengalami peningkatan. Selain itu, akan lebih banyak lagi bermunculan beberapa kerja sama untuk menciptakan mobile wallet. "Kesiapan masyarakat untuk memanfaatkan mobile wallet menjadi penentu utama pertumbuhan industri ini," kata Yonathan.

3. Jasa pengiriman di hari yang sama jadi pilihan utama

Kendala pengiriman barang yang membutuhkan waktu cukup lama, menjadi salah satu permasalahan e-commerce dalam dua tahun belakang. Kemunculan jasa transportasi online dengan fitur pengiriman barang pun menjadi solusi dari permasalahan ini.

Kecepatan dan harga terjangkau dibanding jasa pengiriman logistik konvensional, menjadi alasan konsumen lebih memilih layanan pengiriman di hari yang sama (same day service delivery) serta satu hari (one-day service delivery).

Namun, ini hanya berlaku untuk pengiriman dalam kota saja karena jasa pengiriman logistik konvensional masih menjadi pilihan untuk antar kota.


4. Penjual di Instagram beralih ke toko online

Ilustrasi belanja online.

Google mencatat ketertarikan masyarakat Indonesia berkecimpung di dunia e-Commerce semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan data Top 10 pencarian populer di Google sepanjang 2017 dalam hal "Cara Menjadi".

Dari data tersebut, masyarakat Indonesia ingin mengetahui cara menjadi agen Bukalapak, reseller toko online dan penjual Lazada, yang masing-masing berada di peringkat 6, 7 dan 9.

Data lainnya, penjual online di media sosial pada tahun lalu seperti Instagram dan Facebook juga semakin banyak bermunculan.

Pada tahun ini diprediksi akan terjadi fenomena baru yaitu pedagang online di media sosial, terutama Instagram, akan beralih ke platform e-Commerce seperti Shopee.

Platform e-Commerce tersebut memiliki fitur Instashop X Shopee, sehingga para pedagang di Instagram dapat memasukkan produk yang mereka jual di media sosial tersebut ke akun Shopee.

5. Penjualan tiket online meningkat

Mulai bergesernya pola perilaku belanja masyarakat, juga berdampak pada penjualan tiket. Selain di sektor transportasi, penjualan tiket untuk acara pertunjukan, musik dan olahraga mulai banyak dijual secara online. Baru-baru ini, penjualan tiket pertandingan Indonesia kontra Islandia mencetak rekor penjualan online.

Berdasarkan data PSSI, sebanyak 7.542 tiket terjual pada 10 Januari 2018, sehingga berhasil mencetak rekor penjualan tiket online terbanyak dalam satu hari di Indonesia.

Pada tahun ini akan banyak gelaran acara yang menyedot animo masyarakat. Sebut saja, gelaran pesta olahraga terbesar di Asia, Asian Games 2018, yang akan dilaksanakan pada Agustus mendatang. Gelaran ini diprediksi akan turut berkontribusi pada peningkatan penjualan tiket secara online di Indonesia.

"Masyarakat saat ini tidak hanya membeli gadget dan barang gaya hidup secara online, tapi sudah mulai membeli makanan, pulsa, membayar BPJS, serta tiket online, termasuk tiket pertandingan olahraga, konser dan bioskop," ujar Yonathan.

(Din/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya