Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat menguat jika pemerintah menstabilkan neraca perdagangan. Pada Januari lalu, tercatat neraca perdagangan negara mengalami defisit akibat kegiatan impor yang meninggi, melebihi ekspor non-migas yang sebenarnya juga naik.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan, neraca perdagangan masih akan mengalami defisit pada Februari nanti. Namun pada bulan setelahnya kemungkinan besar akan surplus.
Baca Juga
Advertisement
"Diproyeksikan, neraca perdagangan pada Maret dan April akan kembali surplus karena permintaan bahan baku dari negara tujuan ekspor semakin baik," ujarnya ketika dihubungi Liputan6.com di Jakarta, seperti dikutip Minggu (18/2/2018).
Surplus neraca perdagangan tersebut dapat menjadi pertanda bagus terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.
"Sebuah sinyal bagus. Harapannya, ekspor ke depan bisa terus tumbuh 5-7 persen. Proyeksi Indef, pertumbuhan ekonomi 2018 membaik sedikit menjadi 5,1 persen," ungkap dia.
Selain karena meningginya kegiatan ekspor, dia mengatakan, peningkatan konsumsi rumah tangga dan keberadaan tahun politik 2018 juga akan menjadi faktor lainnya dalam pertumbuhan ekonomi negara.
"Konsumsi rumah tangga diproyeksi tumbuh 5 persen, lebih baik dari tahun lalu di 4,95 persen. Kemudian kinerja investasi tumbuh 7-8 persen. Belanja pemerintah di tahun politik juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
Defisit pada Januari
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia alami defisit US$ 670 juta pada Januari 2018. Indonesia alami defisit neraca perdagangan dengan sejumlah negara antara lain China, Thailand.
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan, ada surplus US$ 182 juta di sektor nonminyak dan gas (migas). Akan tetapi, impor naik sehingga tercatat defisit neraca perdagangan US$ 670 juta pada Januari 2018.
"Untuk nonmigas ada surplus US$ 182 juta, tapi terkoreksi dengan ada defisit migas. Sehingga total neraca perdagangan defisit pada 2018," kata Suhariyanto pada Kamis 15 Februari 2018.
Ia menambahkan, neraca perdagangan Indonesia juga alami defisit sejak Desember 2017. Pada Desember 2017, Indonesia alami defisit US$ 0,27 miliar yang dipicu defisit sektor migas US$ 1,04 miliar. Namun neraca perdagangan sektor nonmigas surplus US$ 0,77 miliar. Suhariyanto mengharapkan defisit tidak terjadi pada Februari.
"Kami harap ini tidak terjadi lagi pada bulan berikutnya sehingga neraca perdagangan surplus," kata dia.
Suhariyanto menambahkan, neraca perdagangan Indonesia alami defisit dengan sejumlah negara antara lain China sebesar US$ 1,8 miliar, Thailand sebesar US$ 211 juta dan Australia sebesar US$ 178,2 juta.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement