Tebing Longsor, Jalur Alternatif Semarang-Magelang Masih Bahaya

Selain menyajikan pemandangan indah, jalur di lereng Gunung Merbabu ini juga menyajikan bahaya kelas satu, yakni longsor.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 18 Feb 2018, 21:05 WIB
Sebuah Toyota Avanza ringsek tertimpa material longsoran di dusun Wekas, desa Kaponan Kecamatan Pakis, Magelang, Minggu (18/2/2018)

Liputan6.com, Magelang - Imlek sudah berlalu, curah hujan sudah menurun. Namun, dampak dari hujan berintensitas tinggi sebelumnya masih terjadi di Dusun Wekas, Desa Kaponan, Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (18/2/2018).

Tebing setinggi 10 meter di dusun itu longsor dan menimpa sebuah mobil yang tengah melintas. Selain merusak mobil, material longsoran juga menutup jalan alternatif yang menghubungkan Semarang-Magelang via Salatiga dan Kopeng.

Menurut Kusworo, warga setempat, sebenarnya hujan yang turun tidak seperti sebelumnya. Hujan juga tidak begitu deras.

"Pas kejadian enggak tahu. Tahu-tahu ada suara gemuruh seperti kecelakaan. Saat melihat keluar, ternyata ada mobil yang ringsek tertimbun longsor," ucap Kusworo kepada Liputan6.com.

Warga Fusun Wekas segera menolong pengemudi mobil dan penumpangnya. Mereka dibawa ke rumah penduduk untuk menenangkan diri, sementara warga lain melapor ke kepala desa yang diteruskan ke polisi.

"Tadi pengemudi saya lihat ada luka sedikit. Tapi, enggak tahu. Saya langsung ke sini, membantu membersihkan material longsor," kata Kusworo.

 


Kekurangan Alat

Jalur alternatif Magelang Semarang melalui Kopeng Salatiga longsor di dusun Wekas, desa Kaponan Kecamatan Pakis, Magelang, Minggu (18/2/2018)

Dusun Wekas di Desa Kaponan ini merupakan sebuah dusun yang berada di lereng Gunung Merbabu. Jalur ini menjadi favorit yang hendak bepergian ke Yogyakarta atau ke Semarang, karena selain tidak padat, ketika siang juga menyajikan pemandangan yang indah.

Sebagaimana jalur di lereng gunung, jalur alternatif ini memang menyimpan bahaya. Selain jalannya yang kecil dan berkelok-kelok naik turun, juga kabut yang turun sering kali mengurangi jarak pandang.

Ketika peristiwa berlangsung, sebenarnya kabut masih belum turun karena masih sore. Namun air hujan memang menjadikan jalan alternatif ini lebih gelap.

"Mungkin juga karena hujan kemarin-kemarin yang cukup deras, dan tanah sudah sangat penuh dengan air hujan, sehingga tak bisa meresap lagi dan berakibat longsor," tutur Kusworo.

Akibat peristiwa ini, jalur alternatif tersebut diberlakukan hanya satu lajur saja dengan sistem buka-tutup. Saat ini, mobil dan pengemudinya sudah dievakuasi, dan material longsor sebagian sudah dibersihkan.

"Yang penting tetap hati-hati dan jangan ngebut. Kami masih butuh peralatan seperti gergaji mesin, juga pompa air untuk membersihkan. Kalau cangkul meski masih kurang, namun warga sini pasti punya dan bisa dipinjam," kata Kusworo.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya