Daya Saing Infrastruktur Indonesia Melonjak Naik

Data Global Competitiveness Index menunjukkan indeks daya saing infrastruktur Indonesia periode 2017-2018 naik 10 peringkat ke urutan 52.

oleh Edmiraldo Siregar diperbarui 20 Feb 2018, 09:05 WIB
Banner Indeks Infrastruktur indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi fokus pada pembangunan infrastruktur Indonesia dalam 3 tahun terakhir. Bahkan, pemerintah sudah menghabiskan Rp 985,2 triliun anggaran untuk mengejar berbagai ketertinggalan infrastruktur.

Namun, upaya itu tidak sia-sia. Terbukti dari data Global Competitiveness Index 2018 yang menunjukkan indeks daya saing infrastruktur Indonesia pada 2017-2018 berada di urutan ke-52.

Posisi tersebut menanjak 10 peringkat dari periode 2015-2016 yang masih berada di urutan 62. Prestasi ini turut mendongkrak indeks daya saing global Indonesia di kancah dunia. Periode 2017-2018, indeks daya saing global Indonesia lompat 5 peringkat ke posisi 36 dari sebelumnya 41 di periode 2016-2017.

"Pembangunan infrastruktur sebagai prioritas utama merupakan pilihan yang logis dan strategis dalam meningkatkan daya saing Indonesia, sekaligus untuk mengejar ketertinggalan," ujar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.

Selengkapnya seputar daya saing infrasrtuktur Indonesia dapat dilihat dalam Infografis di bawah ini:

Infografis Indeks Infrastruktur Indonesia

Turunkan Biaya Logistik

Keberadaan kereta api peti kemas dari Gedebage, Bandung ke pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta menuju ke terminal peti kemas diharapkan transportasi logistik lebih tepat waktu dan hemat biaya, Jakarta, Jumat (13/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menyatakan, ‎kenaikan peringkat daya saing infrastruktur Indonesia berdampak pada penurunan biaya logistik. Namun dia mengaku belum mengetahui detail perihal besaran penurunan biaya logistik tersebut.

"Menurunkan logistic cost. Itu berapa penurunannya? Nanti dihitung lagi," kata dia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin 19 Februari 2018.

Airlangga menambahkan, penurunan biaya logistik akan membuat kegiatan sektor industri semakin efisien. Namun, hal ini turut memicu penurunan harga penjualan barang pada tingkat pembeli.

"Efisiensi, tergantung‎ (penurunan harga pada tingkat pembeli)," ucapnya.

 


Suara Asosiasi Logistik

Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita mengungkapkan,  gencarnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah dinilai belum berdampak signifikan terhadap penurunan biaya logistik.

"Dua tahun terakhir memang pembangunan infrastruktur sangat banyak mengejar ketertinggalan Indonesia dibandingkan negara tetangga," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin 19 Februari 2018.

Namun penurunan biaya logistik yang diharapkan pengusaha belum sejalan dengan gencarnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan.

Menurut Zaldy, hal ini karena tarif di pelabuhan dan bandara yang dikenakan kepada para pengusaha logistik justru terus mengalami kenaikan. Tarif tersebut antara lain terminal handling charges (THC), tarif pergudangan dan lain-lain.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya