Dahsyatnya Letusan Gunung Sinabung, Ubah Siang Jadi Gulita

Letusan Gunung Sinabung kali ini merupakan yang terbesar dalam sejarah. Sejumlah desa pun gelap gulita.

oleh SunariyahReza Efendi diperbarui 20 Feb 2018, 00:07 WIB
Suasana gelap sebuah desa di Kabupaten Karo pasca-erupsi Gunung Sinabung. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sebulan istirahat memuntahkan abu vulkanik, Gunung Sinabung kembali bergejolak pada Senin 19 Februari 2018. Kali ini letusannya sangat dahsyat, dan menjadi yang terbesar dalam sejarah Gunung Sinabung. 

Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meletus hebat pukul 08.54 WIB.

"Gunung Sinabung meletus pagi ini dengan tinggi kolom abu mencapai kurang lebih 5.000 meter," tulis Kepala Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam akun twitternya, @Sutopo_PN, Senin (19/2/2018).

Menurut Sutopo, dalam letusan tersebut terdengar suara bergemuruh. Selain itu, awan panas juga menyembur dari kawah gunung dengan jangkauan ke arah timur laut. "Sejauh 3,5-4,9 km dan ke arah selatan sejauh 4.900 m," lanjut Sutopo.

Tingginya semburan abu vulkanik pada letusan kali ini, yakni setinggi 5 kilometer, disebut sebagai letusan yang terdahsyat pada 2018.

Berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pos pantau Gunung Sinabung, jarak luncur abu vulkanik sektoral Selatan-Tenggara 4.900 meter dan sektoral Tenggara-Timur 3.500 meter.

Selanjutnya awan panas letusan dengan jarak luncur 4.900 meter mengarah ke Selatan. Teramati gugur dengan jarak luncur 1.000-1.500 meter mengarah ke Tenggara dan visual tertutup abu.

Saat erupsi, juga terjadi gempa. Sutopo menerangkan, sejak pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB telah berlangsung 1 kali gempa letusan dengan 607 detik, 1 kali awan panas letusan dengan durasi 607 detik, dan 10 kali awan panas guguran dengan durasi 195-792 detik.

"Kemudian 14 kali gempa guguran, 5 kali gempa hembusan, 1 kali gempa low frekuensi, dan 5 kali gempa vulkanik dalam," uajr Sutopo.

Dia juga menyebutkan, dalam letusan Gunung Sinabung kali ini selain abu vulkanik dan gempa, bebatuan kecil juga meluncur dari perut Sinabung. 

"Batuan kecil juga menghujani 5 kecamatan itu. Hujan kerikil kecil juga masih terjadi seperti di Desa Kuta Mbaru dan Kuta Rakyat hingga pukul 10.00 WIB," sebut Sutopo.

 

 


Gelap Gulita

Suasana setelah Gunung Sinabung meletus. (Istimewa)

Besarnya letusan membuat sejumlah desa di Kabupaten Karo gelap gulita akibat tertutup material abu vulkanik. 

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo Martin Sitepu mengatakan, desa-desa yang gelap gulita tersebut berada di sejumlah kecamatan, mulai dari Simpang Empat, Payung, Tiga Nderket, Naman Teran, hingga Munthe.

"Gelap gulita Karo sekarang ini. Warga juga kita imbau untuk selalu memakai masker," ucap Martin.

Meski demikian, Martin mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak perlu panik. Sebab, menurut dia, kondisi tetap normal. Namun, Martin mengungkapkan bahwa dampak erupsi Gunung Sinabung kali ini sangat luar biasa, hingga menyebabkan sejumlah desa di Karo gelap gulita.

"Imbauan kita, warga menjauhi zona merah yang telah ditetapkan petugas," kata Martin.

Sementara Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Utara Kombes Rina Sari Ginting menyebutkan, total ada delapan kecamatan di Kabupaten Karo yang terdampak letusan Seinabung.

Di antaranya Kecamatan Simpang Empat, Naman, Teran, Payung, Tiganderket, Kutabuluh, Munte, Tigabinanga, dan Kecamatan Juhar.

"Di 2018 ini, berdasarkan laporan yang masuk ke kita merupakan yang terdasyat dan tertinggi," kata Rina, Senin (19/2/2018).

Ia menerangkan, di Kecamatan Simpang Empat ada lima desa yang terkena dampak. Di Kecamatan Naman Teran sembilan desa terdampak, Kecamatan Payung seluruh desa terdampak, dan Tiganderket seluruh desa terdampak.

Kemudian di Kecamatan Kutabuluh juga seluruh desa yang terdampak, di Kecamatan Munte ada sembilan desa, Tigabinanga tujuh desa, dan di Kecamatan Juhar lima desa yang terkena dampaknya.

"Saat erupsi terjadi, ketebalan abu di jalan mencapai 5 sentimeter dan jarak pandang ke depan kurang lebih 2 meter," ucap Rina. 

 


Tak Ada Korban Jiwa

Aktivitas anak-anak di sekolah dasar Sipandak di desa Tiga Pancur di Karo, Sumatra Utara (19/2). Gunung Sinabung kembali menyemburkan abu vulkanik tebal dengan tinggi kolom 5.000 meter. (AFP Photo/Anto Sembiring)

Akibat erupsi, aktivitas masyarakat di sebagian wilayah dihentikan karena tebalnya hujan debu vulkanik. Tidak hanya itu, aktivitas belajar mengajar di sejumlah sekolah juga dihentikan sementara.

"Saat ini Polres Tanah Karo di bawah pimpinan Kapolres Tanah Karo AKBP Benny R. Hutajulu turun ke lokasi untuk mengevakuasi masyarakat," ucap Rina.

Dia mengungkapkan, Polres Tanah Karo beserta Polsek Simpang Empat dan Polsek Payung sedang berpatroli ke desa-desa untuk mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terkait erupsi Gunung Sinabung yang akan terjadi sewaktu-waktu, sekaligus memberikan masker kepada masyarakat.

Pihak Polres Tanah Karo juga mengarahkan mobil ambulans, AWC Watercanon dan truk Dalmas ke daerah yang terdampak untuk mengevakuasi masyarakat sembari menyiram sarana dan prasarana jalan yang terkena dampak.

"Untuk situasi saat ini di wilayah hukum Polres Tanah Karo masih aman dan kondusif," Rina menandaskan.

Meski merupakan letusan terdahsyat sepanjang sejarah Sinabung, namun tidak ada korban jiwa dalam erupsi kali ini. Juga tidak ada tambahan pengungsi. Pengungsi lama sudah ditempatkan di hunian sementara dan sebagian mendapat bantuan sewa rumah dan lahan pertanian dari BNPB.

"Tidak ada korban jiwa dari letusan Gunung Sinabung. Sebab seluruh daerah berbahaya yang merupakan zona merah telah kosong penduduknya," ungkap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.

Guna mengantisipasi kejadian terburuk, sebagian masyarakat dievakuasi pasca letusan. Namun pada siang hari, aktivitas masyarakat kembali normal kembali. Ini karena masyarakat sudah terbiasa melihat letusan Gunung Sinabung.

"Kebutuhan mendesak adalah masker dan mobil tangki untuk menyemprot abu vulkanik di jalan dan permukiman warga," sebut Sutopo.

Pascaletusan, PVMBG menaikkan VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) Sinabung dari orange menjadi merah. Artinya, penerbangan pesawat tidak boleh melintasi sekitar Gunung Sinabung karena berbahaya.

Saat ini masyarakat dan pengunjung diimbau tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak, dan dalam jarak 7 km untuk sektor selatan-tenggara, di dalam jarak 6 km untuk sektor tenggara-timur, serta di dalam jarak 4 km untuk sektor utara-timur Gunung Sinabung.

Selain zona merah dan radius 7 kilometer dari puncak Gunung Sinabung, masyarakat di sekitar Sungai Laborus juga diharapkan untuk terus waspada saat hujan terjadi, karena daerah tersebut merupakan aliran lahar.

Warga yang berada di pinggiran Sungai Laborus diminta waspada. Karena Gunung Sinabung masih terus berpotensi terjadi awan panas dan guguran lava, serta erupsi. Petugas juga terus memantau aktivitas Gunung Sinabung. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya