Pencurian Jempol Prajurit Terakota di AS Bikin China Murka

Jempol patung prajurit terakota asal China jadi korban pencurian saat dipamerkan di Franklin Institute, Philadelphia, AS.

oleh Citra DewiElin Yunita Kristanti diperbarui 20 Feb 2018, 08:42 WIB
Prajurit Terakota menjadi salah satu warisan bersejarah milik China (AFP)

Liputan6.com, Philadelphia - Aparat China murka dan menuntut hukuman berat bagi seorang pria yang diduga mencuri bagian jempol patung prajurit terakota (terracotta warrior) yang dipamerkan di Amerika Serikat.

Seperti dikutip dari situs BBC, Senin (12/2/2018), Michael Rohana, nama pria itu, dikenai dakwaan mencuri dan menyembunyikan karya seni berharga. Pekan lalu, ia dibebaskan dengan jaminan.

Patung berusia 2.000 tahun dan berharga sekitar US$ 4,5 juta atau Rp 61 miliar adalah salah satu dari 10 benda bersejarah yang dipinjamkan ke Franklin Institute di Philadelphia.

Prajurit terakota adalah salah satu temuan arkeologi paling berharga di Tiongkok.

Menurut dokumen pengadilan, Rohana menghadiri Ugly Sweater Party yang digelar di Franklin Institute pada 21 Desember 2017 lalu. Itu adalah pesta di mana setiap orang yang hadir diharuskan mengenakan sweter norak bertema Natal.

Entah bagaimana, terdakwa berhasil memasuki lokasi pameran prajurit terakota yang saat itu sedang tutup.

Pemuda 24 tahun itu menggunakan senter dari ponselnya. Ia lalu selfie atau swafoto dengan salah satu patung, demikian keterangan FBI yang dikutip media China, Xinhua

Rohana kemudian memegang tangan bagian kiri patung, terlihat sedang mematahkan sesuatu dari situ, kemudian menyimpannya di dalam saku dan ngacir.

Staf museum baru menyadari bagian ibu jari atau jempol prajurit terakota asal China itu raib pada 8 Januari 2018. Penyelidikan dan pelacakan oleh FBI mengarah pada Rohana.

Ia kemudian mengaku menyimpan jempol patung kuno tersebut di laci meja miliknya.

Direktur Pusat Promosi Warisan Budaya Shaanxi mengutuk pencurian tersebut. Pihak organisasi pemerintah China yang meminjamkan patung itu juga mengecam keras Franklin Institute yang dianggap ceroboh menjaga warisan budaya tersebut, demikian dikutip dari CCTV.

"Kami meminta pihak AS menghukum keras pelakunya. Kami telah mengajukan protes serius terhadap mereka," kata Wu Haiyun, sang direktur.

Wu mengatakan, pihaknya akan mengirim dua ahli ke AS, untuk meneliti kerusakan yang terjadi dan memulihkan jempol patung tersebut. Pihak China juga akan menuntut kompensasi atas insiden itu.

Sepuluh patung yang dipajang di Franklin Institute adalah bagian dari 8.000 pasukan prajurit terakota seukuran manusia yang ditemukan di Xi'an pada 1974.

Patung-patung itu dibuat atas perintah kaisar pertama China, Qin Shi Huang yang meninggal pada tahun 210 Sebelum Masehi, untuk menjaganya di alam baka.


Kutukan Prajurit Terakota

Penggalian Terracotta Army di makam Kaisar Qin Shi Huang di pinggiran Xi'an, China. (Dokumentasi Museum of the Terracotta Army)

Mungkin Michael Rohana belum tahu kisah soal kutukan yang konon akan terjadi pada siapapun yang mengusik prajurit terakota. 

Setidaknya kemalangan menghampiri tujuh petani China yang menemukannya pada ahun 1974.

Dalam beberapa tahun, tiga petani tewas dalam usia relatif muda, salah satunya bahkan bunuh diri.

Petani lain mengundurkan diri dari pekerjaan berupah rendah dan menjual patung-patung tentara sang kaisar. Namun, mereka terjerat utang dan menderita penyakit.

"Pejabat dan pengusaha menghasilkan banyak uang dari prajurit terakota, tapi itu tak berlaku bagi kami," kata seorang petani seperti dikutip dari Daily Mail. "Kami tidak menghasilkan apa-apa untuk penemuan ini."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya