Misteri Homo Erectus, Nenek Moyang Manusia Ini Berlayar hingga Indonesia?

Sebuah teori baru mengklaim, Homo erectus mampu menciptakan kapal layar dan bisa berbicara.

oleh Afra Augesti diperbarui 21 Feb 2018, 08:15 WIB
Lokasi temuan Homo erectus di Trinil, Jawa Timur (Wikipedia)

Liputan6.com, Austin - Penelitian mengenai manusia purba masih jadi topik menarik, tak hanya di kalangan para arkeolog. Salah satunya misteri tentang Homo erectus yang dianggap nenek moyang manusia modern.

Mereka memiliki postur tubuh yang mirip dengan kita, bisa membuat perkakas, dan mungkin makhluk pertama yang pandai memasak. Sekarang seorang ahli kepurbakalaan berpendapat, bisa jadi Homo erectus sebenarnya adalah pelaut.

Homo erectus pertama kali muncul di Afrika, lebih dari 1,8 juta tahun lalu. Spesies ini dianggap sebagai manusia kuno pertama yang meninggalkan benua tersebut.

Fosil Homo erectus tidak hanya ditemukan di Eropa bagian selatan, tapi juga di China dan Indonesia. Beberapa peneliti berpendapat bahwa Homo floresiensis, yang ditemukan di pulau Flores, masih satu keturunan dengan Homo erectus -- walaupun banyak yang menentang teori ini.

Manekin dari Homo erectus dalam pameran berjudul

"Lautan tidak pernah menghalangi perjalanan erectus. Dia berkeliling ke seluruh dunia, pergi ke pulau Flores, melintasi salah satu arus laut terbesar di dunia," kata Daniel Everett, profesor studi global di Bentley University, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (20/2/2018).

"Mereka berlayar ke Pulau Kreta (pulau terbesar di Yunani) dan berbagai pulau lainnya. Mereka sengaja melakukannya, karena mereka membutuhkan peralatan dan membentuk kelompok yang terdiri dari dua puluh orang atau lebih, setidaknya untuk mencapai tempat-tempat itu," kata dia.

Everett bukanlah ilmuwan pertama yang mengemukakan bahwa Homo erectus mampu membangun beberapa jenis kapal layar. Dengan kemampuan semacam itu, artinya Homo erectus juga memiliki keterampilan lain, yaitu berbicara dalam sebuah bahasa.

"Erectus butuh bahasa saat berlayar ke Pulau Flores. Mereka tidak bisa begitu saja memanfaatkan sebuah log (catatan pelayaran)untuk menentukan arah kapal," kata Everett sembari mempresentasikan tesisnya pada pertemuan American Association for the Advancement of Science di Austin, Amerika Serikat.

"Mereka harus bisa mendayung, dan jika mereka mendayung, mereka perlu mengatakan sesuatu seperti 'dayung ke sana' atau 'jangan mendayung.' Mereka tak hanya berkomunikasi dengan isyarat atau erangan," paparnya lagi.

Meski demikian, belum diketahui kapan bahasa manusia purba muncul untuk pertama kalinya. Beberapa orang berpendapat bahwa bahasa itu adalah ciri khas spesies kita, Homo sapiens, yang berasal dari 200 ribu tahun lalu.

"Mereka memiliki sesuatu yang diperlukan untuk menciptakan bahasa. Jika Anda memiliki simbol dalam urutan linier, maka Anda memiliki tata bahasa," ucap Everett menjelaskan.

"Homo erectus sering dianggap sebagai makhluk bodoh, namun yang ingin saya tekankan di sini bahwa Erectus adalah makhluk paling cerdas yang pernah berjalan di muka Bumi," tegasnya.


Pro dan Kontra

Rekontruksi manusia purba Homo erectus. (Liputan6.com/B Santoso)

Teori tersebut mendapat reaksi beragam dari peneliti lain. Kevin Laland, profesor evolusi biologi di University of St Andrews, menyatakan sepakat dengan apa yang diutarakan Everett.

"Yang harus dicatat yaitu bahasa tidak muncul dalam bentuk modern sekaligus, tapi berangsur-angsur mengalami revolusi. Tentu, sangat masuk akal bahwa Homo erectus memiliki kemampuan protolinguistik," tegasnya.

Sementara itu periset lain mengatakan, hanya ada sedikit bukti mengenai Homo erectus yang disebut sebagai pelaut canggih, apalagi memiliki bahasa.

"Saya tidak sependapat dengan Everett, misalnya, erectus punya kapal untuk berlayar sampai ke Flores," kata Chris Stringer, Kepala Divisi Manusia Purba di Natural History Museum, London.

"Tsunami bisa saja memindahkan manusia purba," imbuhnya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya