Sebanyak 100 tokoh, akademisi, dan aktivis saat menggelar acara bertajuk 'Seruan Moral Kebinekaan' di Jakarta, Selasa (20/2). Ada sejumlah poin dalam acara Seruan Moral Kebinekaan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Ketua Setara Institute Hendardi (tengah) memberi sambutan dalam 'Seruan Moral Kebinekaan' di Jakarta, Selasa (20/2). Pertama, menjaga, merawat, dan memperjuangkan kebinekaan Indonesia merupakan kewajiban seluruh elemen bangsa. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Ketua Setara Institute Hendardi memberi sambutan dalam 'Seruan Moral Kebinekaan' di Jakarta, Selasa (20/2). Kedua, pemerintahan harus mengambil tindakan tepat lagi profesional dalam merespons upaya yang mengancam kebinekaan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Sejumlah tokoh, aktivis, dan akademisi membacakan poin dalam 'Seruan Moral Kebinekaan' di Jakarta, Selasa (20/2). Ketiga, Presiden Jokowi berulang kali menegaskan bahwa tidak ada tempat intoleransi di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Sejumlah tokoh, aktivis, dan akademisi membacakan poin dalam 'Seruan Moral Kebinekaan' di Jakarta, Selasa (20/2). Keempat, kompetisi di setiap perhelatan politik tidak boleh mempolitisasi sentimen SARA. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Suasana saat tokoh, aktivis, dan akademisi berkumpul dalam 'Seruan Moral Kebinekaan' di Jakarta, Selasa (20/2). Kelima, elemen masyarakat perlu mengambil peran lebih untuk menanamkan bahwa kebinekaan merupakan ruh bangsa. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Peserta mengabadikan momen 'Seruan Moral Kebinekaan' di Jakarta, Selasa (20/2). Keenam, para tokoh agama sebagai simpul utama spiritualitas keagamaan memiliki peran sentral dalam merawat, menjaga, dan memperjuangkan kebinekaan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
