Liputan6.com, Kutacane - Sejumlah turis asing di objek wisata Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, lebih memilih mengurung diri dalam kamar penginapan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung.
"Sebagian dari mereka (wisatawan mancanegara atau wisman), memilih berdiam diri di kamar dalam dua hari terakhir ini," ujar pengelola penginapan Johan (45), di Ketambe, Aceh Tenggara, Selasa, 20 Februari 2018, dilansir Antara.
Sedangkan sebagian lagi, lanjutnya, lebih memilih mengunjungi wilayah dataran tinggi dengan melakukan perjalanan menggunakan transportasi darat sekitar dua jam menuju Blangkejeren, ibu kota Kabupaten Gayo Lues.
Turis yang mengunjungi Ketambe kebanyakan berasal dari Eropa dan Amerika. Ketambe yang berada di kaki Gunung Leuser di wilayah Aceh Tenggara merupakan taman nasional karena mempunyai hutan tropis dan kaya akan cagar alam hayati.
Baca Juga
Advertisement
Mereka kini tidak bisa menikmati keindahan alam yang dijuluki paru-paru dunia itu.
"Wisman ini tahu, dampak menghirup abu vulkanik akibat letusan gunung berapi. Jadi apa pun yang dilakukan mereka, cuma untuk menghindari abu vulkanik tersebut," katanya.
Ismail (37), penduduk di Ketambe yang berprofesi sebagai pemandu wisata berucap, tujuan wisman ke objek wisata lingkungan tersebut adalah melakukan kegiatan yang bersentuhan dengan alam sekitar.
Sebab, terangnya, berbagai flora dan fauna hidup secara damai di Ketambe. Di antaranya burung, monyet, dan orangutan yang bebas bergelantungan di pohon yang dilintasi oleh Sungai Alas, sangat cocok bagi pencinta arung jeram.
"Turis terpaksa menunda untuk melakukan aktivitas river rafting, trekking, dan melihat kehidupan satwa liar yang hidup di alam bebas gara-gara abu vulkanik Sinabung," sebutnya.
Debu Tersebar hingga Aceh
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh menyatakan, debu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung telah menyebar hingga beberapa wilayah di Aceh akibat terbawa angin.
Petugas Pengamat Gunung Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), M Nurul Saori mengatakan, erupsi pada Senin pagi, 19 Februari 2018 tersebut lebih besar dari erupsi sebelumnya.
Setelah erupsi pada pukul 08.53 WIB tersebut, Gunung Sinabung mengalami beberapa erupsi susulan meski frekuensi lebih rendah. Disebabkan letusannya cukup kuat, erupsi pertama tersebut memunculkan semburan awan panas hingga mencapai 5.000 meter lebih.
"Alat ukur kita sempat error karena cukup tinggi," katanya.
Ia menerangkan, awan yang keluar dalam erupsi tersebut juga menyebar hingga 4,9 kilometer ke arah selatan dan mencapai 3,5 kilometer ke arah timur dan tenggara.
Debu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung itu, terpantau terbang ke arah selatan dan barat sesuai arah tiupan angin saat itu.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement