Kemenkeu Terus Kaji Insentif Fiskal buat Industri Mobil Listrik

Sri Mulyani mengaku masih harus berkoordinasi dengan menteri-menteri terkait untuk bisa mengembangkan industri mobil listrik di Indonesia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 21 Feb 2018, 16:00 WIB
Mobil listrik Tiongkok tiru desain BMW Isetta (carscoops)

Liputan6.com, Jakarta Pemberian insentif fiskal kepada industri mobil listrik masih terus menjadi bahan kajian pemerintah. 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, ada beberapa faktor yang dinilainya strategis untuk mengembangkan potensi ekonomi dari sektor industri mobil listrik tersebut.

"Kita terus memikirkan bahwa industri mobil listrik adalah industri yang akan banyak menciptakan kesempatan kerja di Indonesia, dan juga memberikan nilai tambah dalam negeri," ucap dia di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (21/2/2018).

Selain itu, dia mengatakan, dirinya masih harus berkoordinasi dengan menteri-menteri terkait untuk bisa mengembangkan industri mobil listrik itu.

"Kita akan lihat bagaimana untuk bisa mengembangkannya lebih lanjut sesuai dengan template yang dipikirkan oleh Kementerian Perindustrian," ujar dia.

Sri Mulyani beranggapan, keberadaan mobil listrik sebagai sarana transportasi yang menjadi tren dalam isu perubahan iklim juga akan menjadi faktor pertimbangannya untuk memberi dukungan.

Terkait insentif pajak dalam penjualan mobil listrik di Indonesia, ia mengatakan itu masih terus dievaluasi.

"PPNBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah) salah satu faktornya, tapi faktor lainnya seperti apa, nanti kita lihat dari kementerian perindustrian," pungkas dia.


Jonan Ramal Kendaraan Listrik Bakal Ubah Tatanan Ekonomi Global

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan, tatanan ekonomi global di masa depan dalam jangka waktu menengah akan berubah karena tiga hal.

Tiga hal yang dapat merubah tatanan ekonomi global tersebut adalah pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT), kendaraan listrik, dan bisnis online.

"Menurut saya ekonomi baru di masa mendatang dalam waktu yang sangat dekat itu ada tiga," kata Jonan, dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Jakarta, Sabtu (10/2/2018).

Menurut Jonan, saat ini pemerintah terus gencar membangun pembangkit listrik berbasis EBT. Pada 2017, kapasitas pembangkit EBT nasional telah meningkat sebesar 3,4 persen dari tahun sebelumnya, sebesar 9,1 Gigawatt (GW) dari 8,8 GW pada 2016.

Untuk meningatkan kontribusi pembangkit EBT dalam kelistrikan naional, pembangunan pembangkit berbasis EBT tersebut digenjot, meliputi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tahap 1 dan rencana pengembangan tahap 2, PLTB Jeneponto, PLTB Tanah Laut.

Selain itu juga PLT Arus Laut Larantuka, PLT Surya Terapung Cirata, PLTM Wadubori, hingga PLTMH Warabiai.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya