Penyerangan Tokoh Agama, ICMI Minta BIN Lebih Aktif

Pemerintah hingga saat ini mencatat 21 kejadian penyerangan tokoh agama sejak Desember 2017.

oleh Ika Defianti diperbarui 21 Feb 2018, 15:42 WIB
Ketum ICMI, Jimly Asshiddiqie memberikan pernyataan pers dalam diskusi bersama media di Jakarta, Rabu (9/8). Dalam kesempatan itu, Jimly juga mengecam aksi main hakim sendiri dengan membakar hidup-hidup seorang pria di Bekasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) menyesali dan mengutuk sejumlah insiden penyerangan terhadap pemuka agama manapun. Ketua Umum ICMI, Jimly Asshiddiqie, menyatakan peristiwa tersebut seharusnya disikapi serius.

Pemerintah hingga saat ini mencatat 21 kejadian penyerangan tokoh agama sejak Desember 2017. Rentetan kejadian itu terjadi dalam kurun waktu yang tak terlalu lama.

"Maka mudah sekali masyarakat menduga ini terorganisasi walaupun kita enggak boleh cepat membuat kesimpulan," kata Jimly di Sekretariat ICMI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (21/2/2018).

Karena hal itu, mantan Ketua MK ini meminta aparat keamanan bertindak tegas sesuai dengan aturan yang berlaku. Tak hanya itu, dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah terpancing.

"Jangan gegabah, jangan grasak-grusuk dan ini diproses saja secara normal, kita tidak boleh jadi gugup," ujar dia.

Tak hanya itu, Jimly berharap agar Badan Intelijen Negara (BIN) juga dapat lebih aktif. Dengan begitu, masalah penyerangan sejumlah tokoh agama dapat lebih cepat tuntas.

"BIN mudah-mudahan bisa membantu menelusuri secara lebih preventif sehingga tidak dikaitkan dengan momentum pilkada," jelas Jimly.

 


Permintaan MUI

Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa'adi (tengah) memberikan penyataan sikap MUI di Jakarta, Kamis (2/2). Pernyataan sikap tersebut terkait tudingan kepada KH Ma'ruf Amin dalam persidangan ke delapan kasus penodaan agama. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid Saadi, menilai ada pihak tertentu yang merancang skenario terkait teror terhadap ulama, baik itu berupa penyiksaan, intimidasi, pembunuhan, dan lainnya.

"MUI menduga ada rekayasa jahat yang bertujuan ingin membuat kekacauan dan konflik antarelemen masyarakat dengan memanfaatkan momentum tahun politik," kata Zainut di Jakarta, Selasa, 21 Februari 2018.

Menurut dia, ada pihak-pihak yang ingin membuat suasana ketakutan, saling curiga, dan ketegangan dalam kehidupan bermasyarakat lewat intimidasi terhadap pemuka agama.

Untuk itu, dia mengajak seluruh elemen bangsa untuk lebih meningkatkan kewaspadaan, bersikap tenang, dapat mengendalikan diri dan tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin mengadu domba dan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Rentetan kejadian teror terhadap ulama, kata dia, melahirkan banyak rumor di masyarakat sehingga apabila tidak segera diusut dan dicegah dapat menimbulkan prasangka menyesatkan dan berpotensi menimbulkan kekacauan di masyarakat.

"MUI meminta kepada aparat keamanan dan intelijen negara untuk mengusut tuntas dan mengungkap motif kekerasan dan pembunuhan terhadap beberapa tokoh agama dan simbol-simbol agama yang terjadi di berbagai daerah akhir-akhir ini secara terencana, sporadis dan sistemik," ucap Zainut seperti dilansir dari Antara.

Saksikan video pilihan di bawah ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya