Liputan6.com, Jakarta - Bloomberg mengumumkan telah mengubah indeks surat utang (obligasi) global atau Bloomberg Barclays Indices. Perubahan ini merupakan hasil tinjauan dan proses dari perbaikan tata kelola perusahaan. Selain itu, perubahan ini juga merupakan masukan dari para klien.
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (21/2/2018), sebanyak 50 obligasi pemerintah Indonesia yang berdenominasi rupiah dengan total nilai mencapai US$ 151,3 miliar akan masuk ke dalam Global Aggregate dan Global Treasury.
Keputusan ini akan berlaku efektif pada 1 Mei 2018 dan untuk tingkat pengembaliannya akan mulai pada 1 Juni 2018. Saat ini, indeks tersebut berisi kumpulan obligasi dengan 25 mata uang di dunia.
Baca Juga
Advertisement
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menjelaskan, beberapa manfaat yang bisa didapat dari masuknya obligasi pemerintah Indonesia ke dalam indeks Bloomberg tersebut adalah membuka akses bagi dana-dana yang memang hanya bisa diinvestasikan ke surat utang yang sudah masuk atau berada di dalam daftar tersebut.
"Selain itu juga menambah confidence existing investors," jelas dia kepada Liputan6.com, Rabu (21/2/2018).
Luky pun berharap dengan masuknya obligasi Indonesia dalam daftar tersebut berpotensi menambah aliran dana masuk dari inevstor asing.
"Tetapi kami tetap mencermati porsi kepemilikan asing di pasar SBN. Salah satu strategi adalah dengan tetap mendorong program market deepening khususnya untuk investor domestik," kata dia.
Harus Dijaga
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menjelaskan, Bloomberg Barclays Indices adalah salah satu indeks yang dilihat oleh para investor sehingga dengan masuknya obligasi Indonesia dalam daftar tersebut maka akan memberikan banyak manfaat.
"Indonesia jadi masuk dalam radar investor dunia," jelas dia kepada Liputan6.com.
Namun menurutnya, pemerintah jangan sampai lengah dalam menjaga rating dari obligasi yang telah diterbitkan. Alasannya, untuk bisa masuk dalam indeks tersebut tentu saja membutuhkan rating yang baik.
"Jika turun sedikit maka akan berpotensi ketendang dari indeks," tambah dia.
Advertisement