Mensesneg Pratikno Bagi-Bagi Resep Sukses di Era Milenial

Zaman sudah berubah, kunci kesuksesan pun bergeser. Mensesneg pun bagi-bagi resep sukses di era milenial.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 22 Feb 2018, 07:05 WIB
Mensesneg Pratikno membagikan jurus jitu sukses di era milenial

Liputan6.com, Yogyakarta - Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno menyampaikan sejumlah jurus meraih sukses di hadapan kaum milenial. Ketika itu ia menjadi salah satu pembicara dalam peluncuran program Kick Off Talent Pitching Ciptakan Perubahan Creative Hub Fisipol UGM di Digital Library Fisipol UGM, Selasa, 20 Februari 2018, sore.

"Inilah zaman di mana yang kecil bisa mengacaukan yang besar dengan digitalisasi, data analytic, dan cognitive power," ujar Pratikno.

Sebelum 2015, tidak ada pemain guram yang bisa memporak-porandakan yang besar. Fenomena itu muncul setelah Revolusi Industri 4.0.

Start up menjadi salah satu konsekuensi dari Revolusi Industri 4.0 yang perlahan menggantikan usaha manual dan transaksi langsung. Situasi ini memungkinkan seseorang menjadi pengusaha tanpa memiliki aset benda secara langsung.

Pratikno mencontohkan Alibaba merupakan retail terbesar tanpa stok, Airbnb tanpa hotel, dan Facebook tidak memproduksi konten.

Ia mengatakan era ini membuka peluang kaum milenial untuk sukses dan ambil bagian dalam pembagian kue ekonomi. Sebab, generasi milenial yang paling paham dan secara tidak langsung sudah lahir dengan teknologi.

"Seperti saya hanya bisa memfasilitasi karena sudah tidak mungkin mengikuti perkembangan yang sangat dinamis," kata Pratikno.

Mensesneg Pratikno membagikan jurus jitu sukses di era milenial. Foto: (Switzy Sabandar/Liputan6.com)


Menyelesaikan Masalah Sosial

Mensesneg Pratikno membagikan jurus jitu sukses di era milenial

Ia menilai start up bukan sekadar berwirausaha, melainkan menyelesaikan persoalan sosial dengan cara kewirausahaan atau sociopreneurship. Generasi sekarang merupakan generasi pemecah masalah.

Untuk memulainya, dibutuhkan soft skill. Kemampuan itu menunjang keberadaan big data atau artificial intelligent yang berupa lalu lintas data yang sangat kompleks dan detail.

Soft skill menjadi keunggulan manusia di era robotik. Kecerdasan buatan bisa mengambilalih tugas manusia, akan tetapi tidak bisa menggantikan soft skill, empati, dan social skill.

"Jangan memagari diri dengan ilmu yang terbatas, start up membutuhkan lintas disipilin ilmu," ucap Pratikno.

Ia menyebutkan profesi yang paling mahal saat ini adalah data scientist dan itu membutuhkan lintas disiplin ilmu. Analoginya, seorang ahli bahasa bisa bekerja sama dengan ahli matematika untuk tujuan yang sama. Kemampuan yang dimiliki masing-masing mendukung produk yang dihasilkan.

"Yang terpenting paham bagaimana ini bekerja dan paham teknologi menjadi penting," tutur Pratikno.

 


Mencari Potensi Start Up Baru

Mensesneg Pratikno membagikan jurus jitu sukses di era milenial

Creative Hub Fisipol UGM merupakan terobosan baru di Fisipol UGM untuk mengembangkan generasi sociopreneur kreatif yang menyelesaikan permasalahan sosial dengan menggunakan teknologi digital dengan cara-cara yang cepat dan tepat.

Program ini didesain untuk membekali para sociopreneur muda Indonesia lewat materi entrepreneurship, sociopreneurship, inovasi, dan teknologi, serta materi pelengkap sesuai dengan kebutuhan proyek masing-masing peserta.

"Pasca proses seleksi yang dilakukan, saat ini telah terkumpul 24 pembelajar terpilih dengan 15 usulan tema proyek berbeda," kata Erwan Agus Purwanto, Dekan Fisipol UGM.

Menurutnya kegiatan semacam ini dapat memotivasi dan menggali potensi mahasiswa untuk memulai usaha start up.


Belasan Karya Sarat Solusi

Mensesneg Pratikno membagikan jurus jitu sukses di era milenial

Ada tiga kategori peserta talent pitching. Kategori pertama, untuk mahasiswa semester akhir dengan skripsi karya, meliputi Changes yakni audiobooks untuk tunanetra.

Simpul Kebaikan berupa proyek beasiswa pendidikan pembinaan generasi muda, Inovasi Media Belajar Jaman Now atau media sosial berupa pengetahuan untuk rakyat, SuperC6 yakni pengolahan limbah cair dan proyek bank sampah pemuda, serta Bantu berupa aplikasi untuk memudahkan saling bantu.

Kategori kedua menyasar para mahasiswa berprestasi dalam enterpreneurship dan sociopreneurship. Peserta terpilih meliputi Gifood atau aplikasi berbagi makanan bagi yang membutuhkan, Halohiburan atau platform fasilitator berbasis aplikasi.

Kemudian, Brikos atau briket limbah kelapa sawit sebagai green energy, D’Milk atau platform pengolahan susu pasteurisasi, SrawungPPL berupa aplikasi Srawung Penyuluh Petani Lapangan, dan Karti Tedjo atau hand lettering penulisan aksara di berbagai media.

Kategori terakhir ditujukan untuk fresh graduate yang tengah mengembangkan sociopreneurship, yaitu Pemuda Sadar Bakat, Sehati berupa project supporter sehat mental, dan Fatimah Safety Ojek atau aplikasi transportasi berbasis online.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya