IHSG Berpeluang Tergelincir, Awasi Saham Pilihan Ini

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak di kisaran 6.595-6.680 pada perdagangan saham Kamis pekan ini.

oleh Bawono Yadika diperbarui 22 Feb 2018, 07:15 WIB
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah pada perdagangan Kamis pekan ini. Rilis data keuangan emiten dan harga komoditas akan pengaruhi laju IHSG.

Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Suryawijaya memaparkan pergerakan IHSG dalam konsolidasi wajar. IHSG berpotensi gapai rekor tertinggi kembali sepanjang masa. William menilai, rilis data laporan keuangan emiten dan menguatnya harga komoditas masih mewarnai laju IHSG.

"IHSG akan bergerak di kisaran 6.502-6.713 pada Kamis pekan ini," tutur dia dalam ulasannya Kamis (22/02/2018).

Sementara itu, Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji memaparkan laju IHSG akan bergerak di area support pada level 6.616-6.590 pada perdagangan saham Kamis pekan ini.

Analis PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menambahkan, IHSG masih dibayangi tekanan. IHSG akan kembali menguji level support moving average (MA) lima harian dan 20 harian dengan pergerakan 6.595-6.680.

"IHSG secara teknikal bergerak konsolidasi negatif tertahan pada level support MA lima harian. Indikator stochastic bergerak pada jenuh beli," kata dia.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu kemarin, IHSG melemah 19,48 poin ke posisi 6.643. Sektor saham aneka industri, dan properti memimpin pelemahan IHSG.Sedangkan sektor pertanian dan tambang jadi penahan pelemahan IHSG.

Ini ditopang prospek positif dari tambang logam dan minyak kelapa sawit. Selain itu, data tingkat pertumbuhan pinjaman naik menjadi 8,2 persen secara year on year memberikan sisi optimistis Bank Indonesia pada pelonggaran kebijakan makroprudensial dengan target pertumbuhan kredit kembali di atas 10 persen. Investor asing melakukan aksi beli Rp 79,02 miliar.

Untuk pilihan sama, William memilih saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk (TLKM), dan PT Tower Bersama Infrasctructure Tbk (TBIG)

Sementara itu, Nafan memilih saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Indosat Tbk (ISAT), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Krakatau Steel (KRAS).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini;

 

 


Wall Street Tertekan

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bergejolak hingga akhirnya bergerak di zona merah usai rilis hasil rapat bank sentral AS atau the Federal Reserve pada pertemuan Januari 2018 lalu.

Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 166,97 poin atau 0,67 persen ke posisi 24.797,78. Indeks saham S&P 500 melemah 14,93 poin atau 0,55 persen ke posisi 2.701,33. Indeks saham Nasdaq tergelincir 16,08 poin atau 0,22 persen ke posisi 7.218,23.

Notulensi hasil rapat bank sentral AS pada Januari mempengaruhi wall street. Bank sentral AS menetapkan suku bunga tetap pada Januari 2018. Hasil rapat bank sentral yang dirilis pada Rabu waktu setempat menunjukkan pejabat bank sentral AS makin percaya diri menaikkan suku bunga, dan inflasi diprediksi naik.Hasil rapat bank sentral AS pun mendorong imbal hasil surat berharga AS atau obligasi bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam empat tahun. Imbal hasil surat berharga AS mencapai 2,9 persen.

"Tak ada hal mengejutkan bagaimana skema besar. Ini sesuai dengan harapan pasar dan suku bunga akan naik secara bertahap," kata Michael Skordeles, Analis Suntrust Advisory Services."

Tak ada hal mengejutkan untuk menenangkan pasar," tambah dia,seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 22 Februari 2018.

Bank sentral AS juga dinilai tidak terlalu khawatirkan inflasi. "Hasil rapat bank sentral AS mengindikasikan anggota the Federal Reserve tidak terlalu khawatir soal inflasi,"ujar Chief Investment Strategist State Street Global Advisors Michael Arone.

Ia menilai bank sentral AS kemungkinan menaikkan suku bunga mengingat sejumlah data ekonomi baik pada awal Januari. Ini ditunjukkan menguatnya laporan data tenaga kerja, upah naik, dan diikuti indeks harga konsumen.

Berdasarkan data Reuters, keyakinan pelaku pasar suku bunga akan naik pada pertemuan bank sentral AS pada Maret menjadi 93,5 persen. Bank sentral AS diprediksi menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2018.

Selain itu, inflasi menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Kekhawatiran inflasi itu membuat indeks saham S&P 500 melemah lebih dari 10 persen sejak 26 Januari. Imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun stabil di kisaran 2,9 persen.

"Ini memang pola tidak biasa. Akan tetapi pemulihan tetap berlanjut. Pelaku pasar akan melihat pasar keuangan tetap naik di tengah ada kemungkinan test level bawah," ujar Jeff Zipper, Direktur US Bank Private Client Reserve.

Sejumlah sektor saham pun mencatatkan performa terbaik. Sektor saham industri naik 1,45 persen. Sektor saham industri membukukan performa terbaik di antara 11 sektor saham lainnya. Sedangkan sektor saham material mendaki 1,13 persen. Sektor saham properti melemah 0,54 persen seiring data penjualan rumah turun pada Januari.

Volume perdagangan saham di wall street mencapai 6,96 miliar saham. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata perdagangan saham 8,49 miliar saham.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya