Gila! Obat-obatan Hibah Dicuri

Investigasi eksklusif yang dilakukan Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria selama dua bulan menghasilkan fakta yang sangat mengejutkan. Dana jutaan dolar yang didonasikan untuk pemberantasan malaria telah dicuri dalam beberapa tahun terakhir.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Apr 2011, 23:18 WIB
Liputan6.com, London: Investigasi eksklusif yang dilakukan Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria selama dua bulan menghasilkan fakta yang sangat mengejutkan. Obat-obatan yang didonasikan untuk pemberantasan malaria telah dicuri dalam beberapa tahun terakhir.

Investigasi itu mengidentifikasikan ada 13 negara terutama di Afrika, dengan ratusan juta dolar obat malaria telah menguap. Menurut dokumen tersebut, hasil pencurian tersebut dijual di pasar gelap.

Juru Bicara Global Fund, Jon Liden, mengatakan, obat-obatan bernilai 2,5 miliar dolar AS dilaporkan hilang di Togo, Tanzania, Sierra Leone, Swazilan, dan Kamboja. Obat-obatan tersebut hilang pada periode 2009-2011. "Kami menganggap ini sangat serius dan kami akan melakukan apa yang diperlukan untuk melindungi investasi kita," kata Liden, seperti dilansir Associated Press.

Kasus malaria menginfeksi lebih dari 250 juta orang di seluruh dunia setiap tahun, menewaskan sekitar satu juta orang, yang sebagian besarnya adalah anak-anak di Afrika. Banyaknya permintaan obat malaria dari apotek dan pihak swasta membuat obat-obatan tersebut lebih mudah untuk dijual jika dibandingkan obat lain.

Setelah menemukan ruang lingkup pencurian obat malaria, Global Fund langsung bertindak cepat dengan cara menangguhkan hibah untuk obat-obatan yang disimpan di gudang pemerintah seperti di Swaziland dan Malawi, Afrika. Dokumen hasil investigasi menunjukkan, pada sekitar 70 persen kasus, obat-obatan yang dicuri di gudang pemerintah oleh personel keamanan, manajer gudang, dan dokter.

Banyak pihak menyarankan perombakan sistem distribusi obat Global Fund. "Jika obat yang ditempatkan di sebuah gudang hanya menunggu untuk dicuri, kita perlu mencari cara berbeda untuk memastikan orang-orang yang membutuhkan (obat malaria) benar-benar mendapatkannya," kata David Sullivan, pakar malaria di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Baltimore.

Para ahli mengatakan, kasus korupsi tersebut bukan hal aneh. Buruknya kesejahteraan para pekerja merupakan alasan utama dari kasus tersebut. "Ini adalah kenyataan pahit bahwa ketika staf tidak dibayar dengan layak dan sistem kerja yang buruk pasti akan berujung pada korupsi," kata Koordinator Medis Doctors Without Borders, Nathan Ford. (AP/YUS)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya