Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga secara bertahap. Langkah tersebut didorong ada pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi.
Hal itu seperti diungkapkan dari hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 30-31 Januari 2018. Pejabat the Federal Reserve mengindikasikan suku bunga bisa lebih tinggi.Pejabat the Federal Reserve melihat pertumbuhan ekonomi akan didukung dari pemangkasan pajak.
Belanja konsumen juga akan meningkat, dan diudukung kepercayaan. Selain itu, the Federal Reserve juga merevisi proyeksi ekonomi dari pertemuan pada Desember 2017.
Baca Juga
Advertisement
"Sebagian besar pejabat the Federal Reserve menekankan prospek ekonomi menguat. Ini mendorong kenaikan suku bunga bertahap. Hampir pejabat the Fed juga melihat inflasi akan naik mencapai dua persen dalam jangka menengah, tren penguatan, dan pasar tenaga kerja tetap kuat," seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (22/2/2018).
Pada pertemuan the Federal Reserve pada Januari 2018, inflasi juga menjadi topik. Pejabat the Federal Reserve menilai, konsumsi pribadi tak termasuk makanan dan energi akan tumbuh lebih cepat pada 2018.
"Anggota FOMC memperkirakan kondisi ekonomi tumbuh dan menjamin kenaikan suku bunga secara bertahap. Mereka menilai kenaikan suku bunga bertahap dapat meningkatkan target dengan mempertahankan ekspansi ekonomi dan seimbangkan risiko terhadap prospek inflasi dan tingkat pengangguran," tulis notulensi rapat the Federal Reserve.
Pelaku pasar juga mencermati bagaimana gambaran inflasi. Hal ini mengingat ada kekhawatiran the Federal Reserve mungkin menaikkan suku bunga lebih cepat. Sentimen the Federal Reserve membuat gejolak di pasar keuangan. Bursa saham Amerika Serikat (AS) sempat menguat hingga akhirnya melemah.
Imbal hasil surat berharga pemerintah AS bertenor 10 tahun pun sentuh level tertinggi dalam empat tahun. Imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun mencapai 2,9 persen. Pelaku pasar berharap suku bunga the Federal Reserve akan naik 25 basis poin pada pertemuan Maret 2018. Ada kenaikan akan mendorong suku bunga the Federal Reserve menjadi 1,5 persen-1,75 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Wall Street Melemah
Sebelumnya, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bergejolak hingga akhirnya bergerak di zona merah usai rilis hasil rapat bank sentral AS atau the Federal Reserve pada pertemuan Januari 2018 lalu.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 166,97 poin atau 0,67 persen ke posisi 24.797,78. Indeks saham S&P 500 melemah 14,93 poin atau 0,55 persen ke posisi 2.701,33. Indeks saham Nasdaq tergelincir 16,08 poin atau 0,22 persen ke posisi 7.218,23.
Notulensi hasil rapat bank sentral AS pada Januari mempengaruhi wall street. Bank sentral AS menetapkan suku bunga tetap pada Januari 2018. Hasil rapat bank sentral yang dirilis pada Rabu waktu setempat menunjukkan pejabat bank sentral AS makin percaya diri menaikkan suku bunga, dan inflasi diprediksi naik.Hasil rapat bank sentral AS pun mendorong imbal hasil surat berharga AS atau obligasi bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam empat tahun. Imbal hasil surat berharga AS mencapai 2,9 persen.
"Tak ada hal mengejutkan bagaimana skema besar. Ini sesuai dengan harapan pasar dan suku bunga akan naik secara bertahap," kata Michael Skordeles, Analis Suntrust Advisory Services."
Tak ada hal mengejutkan untuk menenangkan pasar," tambah dia,seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 22 Februari 2018.Bank sentral AS juga dinilai tidak terlalu khawatirkan inflasi. "Hasil rapat bank sentral AS mengindikasikan anggota the Federal Reserve tidak terlalu khawatir soal inflasi,"ujar Chief Investment Strategist State Street Global Advisors Michael Arone.
Ia menilai bank sentral AS kemungkinan menaikkan suku bunga mengingat sejumlah data ekonomi baik pada awal Januari. Ini ditunjukkan menguatnya laporan data tenaga kerja, upah naik, dan diikuti indeks harga konsumen.
Berdasarkan data Reuters, keyakinan pelaku pasar suku bunga akan naik pada pertemuan bank sentral AS pada Maret menjadi 93,5 persen. Bank sentral AS diprediksi menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2018.
Selain itu, inflasi menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Kekhawatiran inflasi itu membuat indeks saham S&P 500 melemah lebih dari 10 persen sejak 26 Januari. Imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun stabil di kisaran 2,9 persen.
"Ini memang pola tidak biasa. Akan tetapi pemulihan tetap berlanjut. Pelaku pasar akan melihat pasar keuangan tetap naik di tengah ada kemungkinan test level bawah," ujar Jeff Zipper, Direktur US Bank Private Client Reserve.
Sejumlah sektor saham pun mencatatkan performa terbaik. Sektor saham industri naik 1,45 persen. Sektor saham industri membukukan performa terbaik di antara 11 sektor saham lainnya. Sedangkan sektor saham material mendaki 1,13 persen. Sektor saham properti melemah 0,54 persen seiring data penjualan rumah turun pada Januari.
Volume perdagangan saham di wall street mencapai 6,96 miliar saham. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata perdagangan saham 8,49 miliar saham.
Advertisement