Liputan6.com, Jakarta - Arthritis adalah kondisi yang melemahkan dan amat mengganggu. Nyeri sendi tersebut dapat membuat pekerjaan paling sederhana sekalipun, terasa sulit dilakukan. Sering kali orang mencari jawaban dalam bentuk pengobatan, bukan tindakan pencegahan. Padahal, itulah yang seharusnya dilakukan.
Baca Juga
Advertisement
Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya nyeri sendi. Tak hanya genetika dan penuaan, makanan yang kita konsumsi sehari-hari juga dapat menjadi faktor penyebab timbulnya nyeri sendi.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Institut Kesehatan dan Inovasi Biomedis Queensland University menunjukkan bahwa makanan cepat saji dan lemak jenuh dapat membuat nyeri sendi lebih parah daripada seharusnya. Junk food dapat dengan mudah dihindari karena kebanyakan orang tak mengonsumsinya tiap hari.
Namun demikian, ternyata ada dua makanan lain yang mungkin Anda simpan di kulkas yang dapat berdampak negatif pada nyeri sendi Anda. Dua makanan tersebut adalah produk susu dan daging sapi.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh University of Central Florida, bakteri yang terkait dengan produk sapi dapat memicu perkembangan beberapa gangguan autoimun, seperti rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan diabetes tipe 1.
Bakteri Mycobacterium avium paratuberculosis (MAP) dapat ditemukan pada produk susu, daging sapi, dan hasil panen yang ditanam pada kotoran sapi. Bakteri ini kemudian dapat bermutasi dengan gen yang sudah ada di tubuh Anda yaitu PTPN2/22.
Selanjutnya
"Jika mutasi terjadi pada gen ini, protein PTPN2/22 tak akan berfungsi dengan baik. Ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh terlalu aktif yang berlanjut pada gangguan autoimun," kata Robert C. Sharp yang terlibat dalam penelitian itu seperti dilansir dari IFLScience.
Keyakinannya adalah bahwa MAP bertindak sebagai pemicu untuk penyakit Crohn dan diabetes tipe 1. Para periset juga percaya bahwa MAP memengaruhi rheumatoid arthritis.
"Sepengetahuan kami, ini adalah studi pertama yang dirancang untuk menjelaskan penyebab peradangan molekuler pada RA sehubungan dengan pemicu lingkungan seperti MAP," tulis para penulis di Frontiers in Cellular and Infection Microbiology.
Lebih lanjut, Robert mengatakan masih butuh penelitian lebih lanjut. Misalnya saja untuk mengetahui mengapa MAP lebih dominan pada pasien dengan nyeri sendi, sementara ke yang lain tidak.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement