Liputan6.com, Jakarta - Maskapai penerbangan Batik Air masuk peringkat dua di Asia Tenggara (ASEAN) dalam ketepatan waktu penerbangan (On-time Performance/OTP) terbaik. OTP Batik Air terpaut tipis dengan maskapai Singapore Airlines.
Dalam penilaian lembaga riset berbasis di Inggris, OAG Flightview pada Januari 2018, ketepatan waktu penerbangan maskapai Batik Air mencapai 84 persen.
Baca Juga
Advertisement
"Angka itu dengan pembatalan sebesar 0,2 persen. Batik Air memiliki frekuensi 11.811 penerbangan," kata Corporate Communication Lion Air Group, Ramaditya Handoko kepada wartawan, Kamis (22/2/2018).
Singapore Airlines di peringkat pertama dengan ketepatan waktu mencapai 84,2 persen dan frekuensi 7.454 penerbangan. Di peringkat ketiga, maskapai Citilink 80,7 persen, pembatalan 0,2 persen dengan frekuensi 7.445 penerbangan.
Peringkat Batik Air lebih unggul dari maskapai Garuda Indonesia sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan ketepatan waktu hanya 69,1 persen di peringkat 10. Maskapai ini memiliki pembatalan penerbangan sebanyak 1 persen dari frekuensi 19.164 penerbangan.
"Bahkan maskapai Lion Air lebih unggul dari Garuda Indonesia dengan ketepatan waktu 73 persen, pembatalan 0,2 persen dari frekuensi 21.935 penerbangan," tambah Rama.
Persentase OTP OAG Flightview penilaian terhadap ketepatan waktu penerbangan yang berangkat atau tiba dalam 15 menit dari jadwal. Peringkat OTP global disebar ke semua bandara. OAG memiliki cakupan status paling sedikit 80 persen dari penerbangan terjadwal.
Selain di Asia Tenggara, Batik Air juga unggul di Indonesia. Ketepatan waktu penerbangan Batik Air di Indonesia 88,66 persen, mengungguli maskapai Garuda Indonesia yang hanya 88,53 persen dan Citilink 88,33 persen.
Tahun ini, Batik Air akan menerima delapan pesawat jenis Airbus A320CEO. Tiga di antaranya sudah tiba pada Januari 2018.
Kini maskapai berlogo batik ini sudah mengoperasikan 54 pesawat, yang terdiri atas 40 Airbus, 8 unit Boeing 737-800, dan enam unit Boeing 737-900. Batik Air ini memiliki 280 penerbangan per hari dengan 41 destinasi domestik dan empat rute internasional ke Singapura, Malaysia, India, dan Australia.
Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:
Bandara Banyuwangi Bakal Layani Penerbangan Internasional pada 2019
Bandara Banyuwangi diharapkan bisa melayani rute internasional pada 2019. Langkah tersebut untuk mendorong kunjungan wisata mancanegara di wilayah tersebut.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, pemerintah pusat terus mendorong Banyuwangi mengembangkan pariwisata. Daerah berjuluk The Sunrise of Java itu memiliki tiga kriteria sebagai prasyarat menjadi destinasi utama, yaitu atraksi wisata mendunia, amenitas pendukung yang lengkap, dan aksebilitas yang semakin mudah.
”Nah untuk menjadi destinasi internasional kita harus membuka penerbangan internasional,” kata Arief seperti ditulis, pada 16 Februari 2018.
Arief menilai capaian Banyuwangi dalam menggaet wisatawan cukup baik. Untuk wisatawan domestik ke Banyuwangi, 497 ribu wisatawan pada 2010 melonjak menjadi 4,01 juta orang pada 2016.
Adapun wisatawan mancanegara (wisman) naik dari 5.205 pada 2010 menjadi 91 ribu wisman pada 2017 dengan pendapatan devisa Rp 546 miliar.
”Sudah sangat oke, hampir 100 ribu wisman setahun. Itu luar biasa untuk daerah yang baru berbenah wisatanya. Di Sumatera belum ada sebesar itu, kecuali Riau. Dari sini kita lihat ada peluang besar bikin rute internasional agar makin banyak wisman yang datang,” kata Arief.
Menurut Arief, negara yang berpotensi untuk dibuka akses langsungnya adalah Australia, Malaysia, dan Singapura.
Banyuwangi, kata Arief, juga memiliki momentum sangat baik untuk menjadi bandara internasional. Terutama pada Oktober 2018 mendatang saat ada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali, di mana ada ribuan delegasi dari seluruh dunia hadir. Sebagian delegasi akan mendarat dan parkir pesawat di Bandara Banyuwangi.
”Itu momentum luar biasa. Banyuwangi sudah siapkan paket-paket wisata, kementerian mendukung penuh,” ujar Arief.
Advertisement