5 Kesalahan Fatal Karyawan yang Bisa Jadi Jebakan Masa Tua

Anda yang masih punya waktu cukup panjang, tentu tidak ingin hidup terlunta-lunta di usia senja, bukan? Karena itu, semestinya Anda bersiap dari sekarang.

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 24 Feb 2018, 06:48 WIB
Foto Ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta - Punya pekerjaan tetap, berkerja di gedung perkantoran pusat kota, serta mendapat gaji yang lumayan. Apakah Anda berada pada zona nyaman tersebut?

Sebagian besar orang yang bekerja di kantoran sering terlena karena posisi seperti itu. Merasa sudah nyaman dengan kondisi kesejahteraannya, pola pikir mereka pun telanjur santai terhadap sikap keuangan.

Tak jarang, kesalahan pola pikir itu baru disadari saat menjelang pensiun. Beberapa tahun menjelang masa non produktif, baru bingung mencari cara agar tetap berkecukupan di masa tua.

Anda yang masih punya waktu cukup panjang, tentu tidak ingin hidup terlunta-lunta di usia senja, bukan? Karena itu, semestinya Anda bersiap dari sekarang. Jangan terlalu santai dalam pola keuangan Anda.

Mari simak artikel dari Danaxtra berikut ini, mengenai beberapa kesalahan pola pikir karyawan dalam manajemen keuangan yang bisa menjadi jebakan di masa tua.

1. Andalkan Gaji sebagai Penghasilan Tunggal

Pola pikir ini sangat fatal jika terus-menerus tercetak dan menjadi tradisi dalam budaya keuangan Anda. Karena sudah berada dalam zona nyaman terlalu lama, saat kenyamanan itu tiba-tiba hilang, Anda bisa kehilangan pegangan dan merasakannya sebagai sebuah bencana.

Tentu saja tidak ada yang bermimpi buruk seperti terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), atau mengalami kecelakaan kerja yang mencabut produktivitas kita. Namun, kejadian buruk ini bukanlah hal yang mustahil.

Karena itu, Anda mesti meluruskan pola pikir yang ada selama ini. Jangan menggantungkan gaji bulanan sebagai satu-satunya penghasilan.

Cobalah mengumpulkan modal untuk membuka usaha baru, agar ada pemasukan dari penghasilan di luar gaji utama.

Dengan demikian, saat penghasilan utama terhenti karena sebab-sebab yang sebelumnya tidak diperkirakan, Anda masih punya dana dan penghasilan cadangan.

Jadi mulai sekarang, Anda sebaiknya mencari potensi penghasilan ganda. Agar dapat dijadikan penopang saat terjadi hal buruk yang tidak terduga.


2. Selalu Berharap Kenaikan Gaji

ilustrasi Selalu Berharap Kenaikan Gaji

Karena sudah terbiasa mengandalkan gaji utama sebagai penghasilan bulanan, tak ada lain yang diharapkan kecuali ada kenaikan gaji reguler untuk mendapatkan kelebihan pemasukan.

Tahukah Anda, harapan finansial seperti ini salah besar! Pola pikir tersebut hanya akan menjadikan Anda menjadi karyawan kurang kreatif.

Maksudnya, Anda cenderung menjadi kurang tertantang untuk mencari penghasilan lain dengan membuka peluang usaha sendiri.

3. Pola Hidup Tinggi

Karena merasa aman dengan penghasilan reguler, tanpa disadari gaya hidup Anda pun “menyesuaikan” dengan besaran gaji yang dirasa sudah pasti akan diterima setiap bulan.

Tanpa disadari, pola pikir seperti ini membuat Anda terlena dalam zona nyaman, bahkan zona santai. Anda bisa saja lalai dan kehilangan inisiatif untuk menabung yang bermanfaat untuk kehidupan selanjutnya.

Percayalah, pola keuangan yang terlalu menuruti tuntutan gaya hidup--seperti belanja tak terarah, kebiasaan makan di resto mewah, fesyen yang harus selalu up to date, dan berbagai gaya berkelas lainnya, akan membuat gaji Anda tak jelas pertanggungjawabannya.

Karena gaya hidup pula, Anda tidak perlu heran jika ada karyawan yang selalu mengeluh karena gajinya sebelum habis bulan.


4. Menggampangkan Utang

Ini juga kesalahan pola pikir yang umum pada karyawan. Karena merasa punya penghasilan tetap, Anda terbiasa menggampangkan ambil utang.

Karena gampang berutang--bisa beberapa utang pada waktu yang sama, penghasilan yang Anda terima pun akan semakin sedikit karena dipotong berbagai cicilan. (Coba simak: Ambil cicilan ini itu, mana yang yes, mana yang no).

Ah, Anda pasti tidak asing dengan kebiasaan gali lubang tutup lubang di sekeliling Anda. Biasanya mereka-mereka yang seperti ini juga menurun drastis kinerjanya.

Bagaimana tidak, jika setiap hari ia terpikir tumpukan utang-utangnya? Apalagi jika utang tersebut berhubungan dengan debt collector.

 


5. Abai Catatan Keuangan

Kebiasaan seperti ini sebenarnya tidak hanya dialami karyawan saja, namun juga para ibu rumah tangga. Untuk pengusaha, catatan keuangan merupakan ketentuan wajib guna mengontrol pengeluaran yang terjadi dalam bisnisnya.

Kebiasaan tidak membuat catatan keuangan akan membuat Anda mudah mengeluarkan uang tanpa perhitungan matang. Seiring waktu, tiba-tiba gaji yang Anda terima hanya numpang lewat.

Karena itu, penting sekali bagi karyawan untuk mempunyai catatan keuangan. Agar lebih praktis, manfaatkan aplikasi keuangan untuk mencatat keuangan melalui gadget. Dengan demikian, Anda tidak perlu repot-repot mencatat keuangan di buku manual.

Jika sudah terbiasa mencatat keuangan bulanan, Anda akan lebih mudah dan lebih baik dalam mengontrol pengeluaran selanjutnya.

Lima salah pikir dalam pola keuangan di atas, apakah juga Anda alami? Jika demikian, segera benahi pola pikir Anda. Ubah mindset keuangan, dan siapkan segalanya sebelum terlambat. Demi masa depan keuangan keluarga.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya