Liputan6.com, Jakarta - PT Elnusa Tbk (ELSA) mendapatkan pinjaman US$ 80 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun (asumsi kurs Rp 13.650 per dolar Amerika Serikat) dari kreditur sindikasi empat bank.
Penandatanganan fasilitas kredit jangka panjang dari kreditur sindikasi tersebut dilakukan pada Kamis 22 Februari 2018. Kreditur sindikasi antara lain Sumitomo Mitsui Banking Corporation Singapore branch/Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ (MUFG), Bank ICBC Indonesia, dan Bank UOB Indonesia yang bertindak sebagai mandated lead arranger dan bookrunner.
Adapun fasilitas kredit tersebut dibagi dalam tranche A dan B yang digunakan sebagai general purpose financing. Selain itu juga digunakan untuk membiayai proyek prospektif Elnusa dan anak usaha dalam dua tahun.
Baca Juga
Advertisement
"Nilai belanja modal 2018 yang kami rencanakan meningkat cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya, karena kami akan menggunakan peralatan berteknologi terbaru untuk pekerjaan seismik, serta menambah armada mobil tangki, barges, dan lain-lain," ujar Direktur Keuangan PT Elnusa Tbk Budi Rahardjo, seperti dikutip dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (23/2/2018).
Ia menambahkan, secara umum fasilitas pinjaman digunakan untuk proyek strategis, pengembangan bisnis, baik di hulu, hilir maupun penunjang minyak dan gas (migas). "Hal ini kami lakukan untuk memperkuat total solution services dan menggenjot pertumbuhan Elnusa ke depannya," kata Budi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Elnusa Catatkan Laba Turun 25,11 Persen pada 2017
PT Elnusa Tbk membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 25,11 persen menjadi Rp 247,14 miliar pada 2017. Sedangkan 2016, perseroan catatkan laba Rp 313,64 miliar.
Pendapatan naik 37,51 persen menjadi Rp 4,97 triliun hingga 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,62 triliun. Beban pokok pendapatan perseroan naik menjadi Rp 4,4 triliun pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3 triliun.
Hal itu mendorong laba bruto merosot 5,87 persen menjadi Rp 578,50 miliar hingga akhir 2017. Perseroan mencatatkan beban umum dan administrasi naik menjadi Rp 232,51 miliar pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 191,59 miliar. Beban penjualan turun menjadi Rp 1,45 miliar pada 2017 dari periode 2016 sebesar Rp 4,1 miliar.
Dengan melihat kondisi itu, perseroan membukukan laba per saham merosot menjadi 33,86 pada 2017 dari periode sama tahun sebelumnya 42,60. Total liabilitas perseroan naik 37,33 persen menjadi Rp 1,8 triliun pada 31 Desember 2017 dari periode 31 Desember 2016 sebesar Rp 1,31 triliun. Aset perseroan tercatat Rp 4,85 triliun pada 2017. Perseroan kantongi kas Rp 902,56 miliar pada 31 Desember 2017.
Advertisement