Liputan6.com, Jakarta Presiden La Liga, Javier Tebas, turut prihatin atas meninggalnya polisi dalam bentrokan yang melibatkan suporter Athletic Bilbao dan Spartak Moscow, Kamis sore (22/2/2018) waktu setempat. Tebas mengutuk suporter Rusia yang dianggap jadi biang onar dalam insiden ini.
Bentrokan pecah di luar stadion San Mames sebelum kick off. Suporter Rusia mulai berbuat ulah dengan melempar berbagai benda ke arah suporter tuan rumah. Seperti dilansir AS, polisi yang berjaga berusaha melerai dan meredakan bentrokan. Namun aksi mereka justru memicu kemarahan suporter Rusia dan sebagian justru menyerang para petugas keamanan.
Baca Juga
Advertisement
Lima orang dilarikan ke rumah sakit akibat bentrokan ini. Salah satunya adalah anggota kepolisian Inocendio Alonso García yang akhirnya dinyatakan meninggal pukul 22.00. Polisi berusia 51 tahun tersebut tewas setelah mengalami serangan jantung saat bentrokan.
"Ini benar-benar sudah gila, ini sangat serius. Kami tidak kasih ampun bagi mereka yang berusaha membawa kekerasan ke pertandingan, kami tidak bisa melunak kepada orang-orang seperti ini dan kami akan melakukan apapun untuk menghapuskan kekerasan dari sepak bola selama-lamanya," kata Tebas mengutuk bentrokan berdarah tersebut.
Cekal Ultras Rusia
Tebas juga menyampaikan rasa duka cita mendalam kepada keluarga Garcia. Dia mengaku telah berkali-kali mengingatkan FIFA dan UEFA tentang kebangkitan kelompok suporter garis keras. Meski kerusuhan berlangsung di luar stadion, Tebas juga berharap kedua otoritas sepak bola itu ikut memperhatikan keselamatan warga selama turnamen berlangsung.
"Ultras Rusia seharusnya tidak diizinkan bepergian ke Bilbao. Sebagian dari mereka sudah diketahui oleh pihak berwenang, dan itulah sebabnya kita bisa melihat masalah. Untuk mencegahnya, suatu hal buruk terjadi, sebab nyawa melayang dan itu tidak bisa diperbaiki."
Advertisement
Peringatan bagi Negara Lain
Tebas mengaku bahwa kericuhan segera diatasi. Namun ini jadi peringatan bagi negara-negara lain akan bahaya yang lebih besar atas ulah dari suporter kelompok garis keras.
"Yang paling serius, kekerasan ini berlangsung di kompetisi Eropa; di Spanyol, kami segera bisa mengatasi masalah ini, tapi saat ultras bepergian ke negara lain maka orang-orang barbar ini bakal lebih brutal lagi," kata Tebas menambahkan.