Detik-Detik Kematian Tragis 4 Bocah Purbalingga Usai Syukuran Sunatan

Empat anak di Purbalingga ini tewas tertimbun longsor. Tragedi sesaat merenggut nyawa keempatnya.

oleh Galoeh Widura diperbarui 25 Feb 2018, 08:00 WIB
Rumah korban longsor Purbalingga (Liputan6.com / Galoeh Widura)

Liputan6.com, Purbalingga - Sedari senja hari, Kamis, 22 Februari 2018, kaki kecil Al Karomi (7), Safangatul Isman (3), dan Abdul Roup (11) riang berjingkatan di lantai rumah M. Sifaul Umam (9) di Dusun Pule, Desa Jingkang, Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Mereka menyambut hari Minggu, 25 Februari 2018 di mana Faul akan dikhitan dan kakaknya, Pujianto (19) akan dinikahkan. Malam itu, diadakan pengajian tahlil sebagai wujud syukur dan memohon keselamatan pada hajatan yang akan datang.

Jadilah, malam Jumat itu rumah siswa kelas 3 SDN Jingkang tersebut ramai didatangi keluarga dan tetangga. Tahlil dimulai ba’da Isya, sejenak keempat bocah kecil tersebut asyik mengikuti doa-doa yang dilantunkan para orang tua. Namun, karena lelah, keempatnya tidur di kamar sisi belakang rumah.

Mendekati pukul 21.00 WIB, pembacaan tahlil pun usai. Selanjutnya, sekitar 20 tamu menyantap sajian yang dihidangkan tuan rumah.

Sembari menyantap hidangan, sendau guru membuncah mengisi ruangan. Teman sebaya Pujianto tak henti menggodanya yang hendak melepas masa lajang. Sedangkan di luar, hujan sejak siang masih berjatuhan dari ketinggian yang gelap.

Belum nampak hujan akan segera reda. Sesekali petir menyambar memecah suasan hening khas Desa Jingkang yang berada jauh di dalam perbukitan zona Serayu Utara.

Pukul 21.05 WIB, berlangsunglah 30 detik tragedi memilukan. Dentuman keras merambat cepat dari belakang rumah Faul. Bersamaan suara itu, listrik padam, gulita menyelimuti Dusun Pule yang dikelilingi tinggi pohon pinus milik Perhutani.

Tanah bukit belakang rumah setinggi lebih dari 15 meter longsor menghantam tembok dan merangsek masuk ke dalam rumah. Pemuda yang duduk di bagian belakang ruang tengah tertimpa tembok. Sedangkan di belakang mereka hanya terlihat timbunan tanah bukit.

Jeritan dan panik melanda seisi rumah dan wilayah RT 3 RW 4 tersebut. Solihin (45) ayah kandung Faul yang berada di ruang depan dan mereka yang selamat langsung menolong orang-orang yang tertimpa material.

Tangan Solihin luka, kakinya lecet, sebab hanya cahaya dari sambaran kilat yang membantunya melihat. Pakaiannya pun koyak, tak kentara apa yang ia terjang di dalam rumahnya itu.

“Setelah menolong kami, Pak Solihin langsung lari ke rumah perangkat desa minta pertolongan,” kata salah satu korban, Damin (30) yang juga masih keponakannya.

Anggota BPD Desa Jingkang, Puryanto yang mendapat laporan langsung mengabarkan kejadian melalui pengeras suara masjid. Tak lama, sekitar 15 pemuda berkumpul di rumahnya membawa cangkul, sekop, dan linggis.

"Rumah Solihin lumayan jauh dari sini, jalan menanjak tanah becek lumpur. Luar biasa dia tegar, tak kenal lelah berlarian ke sini," ujar Puryanto.

Diantar mobil, para pemuda bergegas ke rumah korban. Tak lupa genset pun di bawa ke lokasi untuk membantu menyalakan penerangan.

Para pemuda itu berjibaku dengan tanah yang menimbun rumah. Para ibu bersaut tangis dan air mata, sebab, empat malaikat kecil mereka berada di kamar belakang yang hilang tertimbun tanah.

"Jam 11 malam, empat anak berhasil dievakuasi, tubuh mereka lunglai, penuh lumpur. Ya, mereka sudah meninggal," katanya sembari menarik nafas panjang.

Dibantu ambulan gawat darurat PMI Purbalingga, keempat anak itu di bawa ke balai desa. Malam itu, di salah satu sudut terdalam Purbalingga, ramai petugas BPBD Purbalingga, Polisi, TNI, dan para relawan.

Tohirin, salah satu anggota polisi yang tinggal di Desa Jingkang tak sampai hati melihat kondisi korban, ia meminta Puryanto untuk mensucikan jenazah. Sedangkan korban lain, berturut-turut dibawa ambulan ke Puskesmas Karangjambu.

"Lima orang, Sohimin (38), Ruslan (25), Ojan (16), Sarip (35) dan Karsun (16) luka ringan dirawat di Puskesmas Karangjambu Purbalingga. Sahrudi (55) patah tulang paha kiri dan harus dirawat RSUD Goeteng," Puryanto menambahkan.

 


Prosesi Pemakaman Dramatis

Prosesi pemakaman dramatis korban longsor Purbalingga (Liputan6.com / Galoeh Widura)

Pagi hari, jenazah keempat anak tersebut siap dikebumikan. Mendapat kabar tersebut, Bupati Purbalingga, Tasdi yang tengah berada di Yogyakarta langsung bertolak pulang. Sejatinya, dari Jogja ia akan ke Bali menghadiri Rakernas PDI P.

Pagi hari jalanan ribut raung sirine iring-iringan pejabat Pemerintah Kabupaten. Semua Forkompinda, mendampingi Tasdi ke lokasi terdampak bencana longsor.

Tangis histeris mengiringi pemberangkatan jenazah, terutama dari ibu korban. Nyonya Sukimin salah satunya, tak kuasa menahan air mata dan menangis di pelukan Tasdi. Wakil Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi tampak berkaca-kaca mendengar ratap Nyonya Sukimin atas kepergian buah hatinya.

"Aku ingin meluk terakhir anakku," ucap Nyonya Sukimin dengan suara parau.

Kepada jajarannya, Tasdi menginstruksikan untuk menyewa 1 hektare tanah milik Perhutani untuk relokasi rumah keluarga Solihin dan warga lain yang rawan longsor. Serta, menyiapkan tempat berkumpul bagi warga Jingkang jika sewaktu-waktu terjadi hujan lebat.

“Saya sampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga Bapak Solikhin sekeluarga yang ditinggalkan. Semoga keluarga diberikan ketabahan atas cobaan dari Yang Maha Kuasa ini,”katanya saat upacara pemakaman korban.

Kepala Desa Jingkang Bambang Hermanto berkomitmen akan segera membangun hunian semenara untuk keluarga Solihin. Bantuan logistik bahan bangunan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga pun telah sampai di desanya.

"Saat ini, keluarga Solihin berada di Balai Desa Jingkang. Kami akan bergotong royong membangun hunian sementara untuk mereka," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya