Membongkar Mitos dan Fakta Ular di Kampung Ular

Ular dan parfum, seolah tidak ada hubungannya. Tetapi sifat keduanya bertolak belakang. Lantas, apakah parfum bisa jadi senjata melawan ular?

oleh Switzy Sabandar diperbarui 26 Feb 2018, 03:00 WIB
Komunitas ini memberikan edukasi tentang seluk beluk ular kepada masyarakat

Liputan6.com, Yogyakarta - Komunitas Kotagede Reptil atau Korel mematahkan asumsi orang tentang seluk beluk ular. Binatang melata itu hidup di tengah masyarakat. Komunitas ini memiliki markas di tengah permukiman penduduk, tepatnya di Sanggrahan Pamukti, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta.

Ratusan ular berada di kandangnya. Anak-anak kampung yang melintasi kawasan itu kerap penasaran, sekaligus bergidik ngeri. Anggota komunitas kerap memadati rumah yang letaknya menjorok ke dalam itu.

Di halaman depan rumah ada beberapa kotak dengan kawat strimin. Kotak itu menjadi kandang, tampak melingkar tiga ular piton yang sedang tidur siang. Seorang laki-laki, yang juga anggota komunitas, datang mendekat. Ia membawa seekor ayam hidup dari tetangga.

"Tetangga juga perhatian, ayam yang sakit diberikan kepada kami untuk makanan ular," ujar laki-laki itu kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Ayam hidup itu untuk Cempaka, nama salah satu ular piton. Cempaka ditemukan saat badai Cempaka melanda Yogyakarta akhir tahun lalu. Ia diselamatkan oleh anggota komunitas yang melihat ular piton itu kesasar di tengah jalan, melintasi genangan banjir kala itu.

 


Tips Bertemu Ular

Komunitas ini memberikan edukasi tentang seluk beluk ular kepada masyarakat

Korel tidak hanya menyelamatkan ular. Komunitas ini juga memperkenalkan ular kepada masyarakat. Mereka punya jadwal seminggu sekali, membawa ular ke Lapangan Karang Kotagede. Di tempat itu mereka menularkan pengetahuan seputar ular kepada orang banyak.

Ketua Korel, Riyanto (42), membagikan tips meminimalkan serangan ular ketika bertemu dengan binatang tak berkaki itu. Pertama, jangan takut. Ini sulit memang, apalagi bagi sebagian besar orang yang sangat malas berurusan dengan ular. Alasannya, mulai dari geli sampai fobia.

"Setidaknya tetap terlihat tenang dan jangan ragu-ragu saat bertemu ular," ucap Riyanto.

Kedua, saat menangkap ular jangan sekali-sekali memegang ekornya. Lebih baik dari tengah badan ular atau ujung kepala. Ular yang ekornya dipegang bisa berbalik arah dan mematuk.

 

 


Mengenali Ular Berbisa

Komunitas ini memberikan edukasi tentang seluk beluk ular kepada masyarakat

Berbicara soal dipatuk, ular berbisa atau tidak bisa dilihat dari ciri fisiknya. Menurut Riyanto, untuk ular jenis kobra berbisa atau tidaknya dilihat dari bentuk leher yang melebar.

Ular hijau bisa dikenali beracun atau tidak dari ekornya. Ular hijau ada dua jenis, hijau muda dan tua. Warna ekor pun dua macam, silver atau perak dan merah.

"Jenis yang berbisa adalah ular hijau muda dengan ekor berwarna merah," tuturnya.

Tetap tenang juga menjadi jurus ampuh ketika bertemu ular piton. Ular jenis itu memang tidak berbisa, tetapi lilitannya mematikan. Semakin bergerak ketika dililit, ular piton akan semakin kuat melipat tubuh manusia.

Riyanto mendirikan Korel pada 2014. Namun, ketertarikannya terhadap ular sejak 1999. Riyanto yang waktu itu masih tinggal di Pleret Bantul mencari ular di sawah untuk dipelihara.

"Ingin keseruan yang berbeda, waktu itu tetangga banyak yang memelihara burung merpati, saya pelihara ular saja," ucapnya.

 


Beternak Ular

Komunitas ini memberikan edukasi tentang seluk beluk ular kepada masyarakat

Komunitas yang beranggotakan 78 orang ini juga berternak ular. Jenis ular yang ditebak beragam, seperti piton, kobra, weling, welang. Ada pula jenis ular yang paling mahal, yakni morp atau albino yang memiliki mata merah. Harga jual seekor ular bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Beternak berarti juga memberi makan. Komunitas ini juga beternak hewan untuk makanan ular, yakni tikus putih. Tidak setiap hari ular diberi makan, sebab binatang itu hanya makan ketika lapar.

"Biasanya seminggu atau dua minggu sekali diberi makan," kata Riyanto.

Ular juga mandi. Waktunya bertepatan dengan membersihkan kandang, sekitar seminggu sekali. Kalau sakit, ular juga berobat. Penyakit yang kerap menimpa ular adalah sariawan dan rabing atau bagian mulut luar robek karena kerap menyerang jaring strimin.

 


Ular dan Wewangian

Komunitas ini memberikan edukasi tentang seluk beluk ular kepada masyarakat

Sidik Susanto (35), salah satu anggota Korel, mematahkan mitos seputar ular lewat komunitasnya. Ia memaparkan cara menghindari ular dengan menaburi garam di sekitar itu tidak benar. Mitos itu muncul karena orang beranggapan ular mirip dengan cacing.

"Lebih efektif dengan wangi-wangian, seperti kapur barus, ular tidak suka bau wangi," ucap Sidik.

Selain tidak suka wangi karena terbiasa tinggal di tempat lembab, ular juga peka terhadap panas. Jadi, hati-hati apabila merokok di dekat ular, asapnya yang panas bisa membuat ular kian mendekat.

Menurut Sidik, ular berbisa atau tidak juga bisa dikenali dari gigitannya. Ular berbisa akan meninggalkan bekas dua titik di tempat yang digigit, sedangkan ular tidak berbisa hanya meninggalkan bekas goresan.

Cara melepaskan lilitan atau gigitan ular bisa dilakukan dengan menyiram air yang ada rasanya, bisa es jeruk, es teh, atau minuman apapun yang berasa. Alternatif kedua, dengan menyemprot parfum. Lilitan dan gigitan ular pasti langsung dilepas.

Lantas, apakah berarti orang yang memakai parfum tidak akan digigit ular? "Kalau itu tergantung nasib," kata Sidik sembari tertawa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya