Jargon Syahrini Disebut sebagai Budaya Milenial

Istilah-istilah yang sering diungkapkan penyanyi Syahrini disebut bagian dari budaya milenial yang sedang berkembang di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Feb 2018, 17:20 WIB
Syahrini (Adrian Putra/Bintang.com)

Liputan6.com, Ambon - Sutradara Garin Nugroho menyebut istilah-istilah yang sering diungkapkan penyanyi Syahrini adalah bagian dari budaya milenial yang sedang berkembang di Indonesia.

Celotehan yang diungkapkan Syahrini, disampaikan oleh Garin Nugroho kepada 30 finalis kontes Putra Putri The Natsepa (PPTN) di workshop "Budaya Milenial Untuk Produktivitas", di Ambon, baru-baru ini.

"Inilah budaya kita saat ini. Salah satu contohnya adalah Syahrini, dia bagian dari budaya milenial yang sedang berkembang di Indonesia," katanya.

 

 

 

 

 


Sesuatu yang Baru

Garin Nugroho

Garin mengatakan Syahrini adalah entertainer Indonesia yang bisa dikatakan fenomenal, ucapan-ucapannya yang tak biasa sering dijadikan jargon oleh masyarakat dan viral di media sosial.

Kendati hanya ucapan yang kadang terdengar nyeleneh, tapi menurut dia, Syahrini mampu menciptakan sesuatu yang baru dan diikuti oleh banyak masyarakat, terutama generasi muda. 

Sebagaimana era berkembang, hal tersebut juga merupakan bagian dari nilai-nilai paradoks zaman yang produktif dan juga tidak. Perubahan nilai terjadi seiring perubahan waktu.

 


Ciptakan Selera

Syahrini (Foto: Dok. Syahrini)

"Coba ingat-ingat berapa kata-kata dia yang viral, seingat saya ada sekitar 12 kata-kata Syahrini yang viral di media sosial," ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya lagi, bangsa yang beradab adalah mampu menciptakan selera, bukan mencontohi dan menambahkannya, terlebih lagi hanya yang meniru.

Industri hiburan tanah air, menurut Garin, sejak dulu sudah punya kecenderungan mencangkok dan meniru apa yang sudah ada, tak terkecuali dunia perfilman.

 

 


Fasih Meniru

Syahrini (Nurwahyunan/bintang.com)

Ia mencontohkan film pada masa Hindia-Belanda, "Terang Boelan" yang rilis pada 1937. Kendati filmnya mengisahkan warga pribumi, tapi kostum dan musik yang digunakan tidak mencirikan demikian.

"Orang Indonesia sudah fasih meniru. Lihat saja film 'Terang Boelan', kostum dan musik yang digunakan lebih kepada masyarakat Pasifik dengan musik hawaian, tapi film itu tenar pada masanya," katanya. (Ant)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya