Korsel: Korea Utara Ingin Berdialog dengan Amerika Serikat

Kantor Kepresidenan Korea Selatan, Blue House, melaporkan bahwa Korea Utara ingin berdialog dengan Amerika Serikat.

oleh Citra Dewi diperbarui 26 Feb 2018, 09:36 WIB
Penjagaan saat adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo-jong tiba di Bandara Incheon, Korea Selatan, Jumat (9/2). Setelah menyambangi Pyeongchang, Kim Yo-jong dijadwalkan bertemu Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. (YONHAP/AFP)

Liputan6.com, Seoul - Korea Utara dikabarkan ingin berdialog dengan Amerika Serikat. Hal tersebut dilaporkan oleh Kantor Kepresidenan Korea Selatan, Blue House.

Keinginan tersebut diutarakan Korea Utara saat delegasinya bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, sesaat sebelum upacara penutupan Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang digelar pada 25 Februari 2018.

Menurut pernyataan Blue House, Korea Utara mengekspresikan keinginannya untuk mengadakan dialog dengan Amerika Serikat. Moon sendiri menekankan bahwa dialog tersebut harus dilakukan sesegera mungkin.

Sementara itu, putri Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Ivanka Trump, pada upacara penutupan Olimpiade Musim Dingin tersebut duduk di samping istri Moon.

Dikutip dari NPR, Senin (26/2/2018), meski Ivanka duduk di depan pejabat Korea Utara Kim Yong Chol, ia tak dijadwalkan untuk bertemu dengan delegasi Korut dalam kunjungannya tersebut.

Kim Yong Chol merupakan pemimpin delegasi Korea Utara dalam Olimpiade Musim dingin, di mana Korea Selatan menuduhnya sebagai dalang di balik serangan mematikan kapal perang Korsel pada 2010.

Kunjungannya pun disambut protes sejumlah warga Korea Selatan.


Donald Trump: AS Telah Jatuhkan Sanksi Terbesar untuk Korea Utara

Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat menghadiri National Prayer Breakfast di sebuah hotel di Washington DC (8/2). Dalam pidatonya Trump mengatakan bahwa iman adalah "pusat kehidupan dan kebebasan Amerika." (AFP Photo/Mandel Ngan)

Satu hari sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa pemerintahannya telah menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Korea Utara.

Sanksi berlabel "yang terbesar yang pernah diberikan oleh AS pada negara mana pun" itu secara spesifik menargetkan kapal, firma perkapalan, dan perdagangan Korea Utara.

"Kami telah menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara -- sanksi terbesar yang pernah kami berikan pada negara mana pun. Dan kami berharap sesuatu yang positif dapat terjadi," kata Trump mengumumkan sanksi terbaru terhadap Korut dalam pidatonya di Conservative Political Action Conference pada Jumat, 23 Februari 2018.

Mengomentari lebih lanjut sanksi AS terhadap Korea Utara itu, Menteri Keuangan Amerika Serikat Steve Mnuchin mengatakan, "Kami secara agresif menargetkan segala sumber daya ekonomi ilegal yang digunakan oleh Korea Utara ... termasuk berupaya untuk memblokade kapal, firma, dan entitas di seluruh dunia yang beraktivitas mengatasnamakan mereka."

 


Akan Ada Fase Kedua

Gaya Presiden AS Donald Trump saat memberikan pidato dalam acara National Prayer Breakfast di sebuah hotel di Washington DC (8/2). Acara tahunan ini dihadiri para pemimpin agama, politisi dan pejabat tinggi pemerintah. (AFP Photo/Mandel Ngan)

Setelah mengumumkan apa yang disebutnya sanksi "terbesar yang pernah ada" terhadap Korea Utara, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga mengancam "fase kedua" jika tindakan tersebut tidak efektif. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia.

"Jika sanksinya tidak berhasil, kita harus maju ke fase dua, dan fase kedua mungkin sangat berat," kata Trump, berbicara di samping Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull yang sedang berkunjung.

Trump tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan "fase dua", tapi mengisyaratkan hal itu akan "sangat, sangat nahas bagi dunia".

"Hanya waktu yang akan bicara," tambahnya.

Baik sebagai kandidat maupun sebagai presiden, Trump berulang kali menjadi berita utama terkait Pyongyang. Dia mengancam akan "benar-benar menghancurkan" Korea Utara dan telah menyarankan agar China "menyingkirkan" pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya