Jakarta - Pola asuh orangtua akan memengaruhi kepribadian anak. Jika ayah dan bunda terlalu memaksakan kehendak, tentu akan berdampak negatif pada kondisi psikologis sang buah hati. Peran orangtua untuk membimbing dan mengarahkan, jauh lebih dibutuhkan.
Psikolog anak, remaja, dan keluarga, Roslina Verauli, menjelaskan pola asuh orangtua yang baik wajib membantu anak mewujudkan mimpi dan cita-cita. Tugas orang tua bukan hanya memberi penilaian tentang cita-cita anak, tetapi sekadar memfasilitasi.
Advertisement
"Mudahkan anak mencoba berbagai kegiatan. Bermain bola, nyanyi-nyanyi, ikut dance. Anak ikut kompetisi bukan untuk membandingkan anak satu dengan yang lain, tapi biar anak punya afirmasi bahwa keahliannya di sini. Andal di A, bukan B," kata Vera di Jakarta, seperti dikutip dari JawaPos, Senin (26/2/2018).
Lalu kapan anak sudah mulai menunjukkan bakatnya? Menurut Vera, anak sudah mulai memiliki bakat terlihat sejak usia 2-3 tahun. Sehingga jika orangtua memaksa atau otoriter, maka hal itu akan berdampak negatif bagi perkembangan psikologis anak.
"Ternyata tiap anak punya dorongan buat kembangkan potensi bawaannya. Artinya tiap anak sudah punya impian segini. Ketika dipaksa-paksa jauh dari impian dia dampaknya penghayatan tentang dirinya tak berkembang positif. Menolak sendiri," tegasnya.
Anak akan mengalami masalah emosional dan psikologis. Anak bisa tumbuh menjadi seseorang yang depresi, pendiam, atau bahkan pemberontak. Banyak remaja saat ini justru terlibat kenakalan akibat pola asuh yang salah seperti narkoba, tawuran dan bullying.
Simak juga video menarik berikut :
Tips pola asuh anak yang baik
Bagaimana sebaiknya orangtua zaman now menerapkan pola asuh yang tepat terhadap anaknya? Vera menilai orangtua zaman now dan dulu hampir sama. Bedanya kini lebih ditantang memasuki era digital.
1. Edukasi diri sendiri
Orangtua sebaiknya mengevaluasi dan mengedukasi diri sendiri, sudah tepatkah pola asuh pada anak? Jangan hanya memaksa tetapi ternyata salah asuh.
"Cara bantu anak cobalah edukasi diri sendiri. Benar enggak sebagai orang tua. Sering-sering baca majalah, artikel, sering datang ke berbagai seminar, acara dan diskusi," papar Vera.
2. Kenali mimpi dan bakat anak
Kenali mimpi dan bakat anak seperti apa, kemudian difasilitasi. Hal itu sudah terlihat sejak anak usia batita.
"Sehingga anak bisa menerima dirinya dan merasa diakui. Sehingga mereka juga bisa jadi kompeten di bidangnya," jelasnya.
3. Komunikasi
Cara ini sulit dilakukan orangtua zaman now yang selalu sibuk dengan gadget mereka. Maka ibu khususnya bisa meluangkan waktu berbicara dengan anak dari hati ke hati sehingga psikologis anak bisa positif.
Advertisement