Sandiaga Belum Temukan Formula Pas Tarif Angkot OK Otrip

Sandiaga Uno mengatakan, masih ada yang belum tersosialisasi berkaitan angkutan umum bekerja sama dengan OK Otrip.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 26 Feb 2018, 12:55 WIB
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno bersalaman dengan perwakilan sopir angkot di Balai Kota, Jakarta, Rabu (31/1). Sopir meminta jalan Jatibaru dapat difungsikan kembali agar tidak menghalangi mereka mencari nafkah. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, masih ada yang belum tersosialisasi berkaitan angkutan umum bekerja sama dengan OK Otrip.

"Itu berkaitan dengan jumlah (rupiah per) kilometernya," ujar Sandiaga di Balai Kota Jakarta, Senin (26/2/2018).

Menurut Sandi, pihaknya masih berusaha menemukan racikan yang pas terkait tarif angkot OK Otrip.

"Jadi bagaimana kita bisa menemukan formula kilometer yang tepat untuk OK Otrip dan bisa masuk dalam negosiasi akhir dengan para pengemudi, dan juga para operator," ucapnya.

Meski begitu, Sandi berterima kasih kepada para sopir angkot yang sempat berdemo terkait tarif OK Otrip.

"Itu jadi masukan kita. Kita terima kasih sekali. Kemarin sebagian besar sih saya dikasih tahu sudah masuk (OK Otrip)," kata dia.

Oleh karena itu, lanjut Sandi, saat ini terus didiskusikan dan para sopir angkot sudah memberikan masukan. Sehingga, kata dia, nantinya pasti akan ditemukan formula yang pas.

"Sekarang sudah dalam tahap final dan sebagian besar sudah memberikan masukan. Dan nanti yang kita akan tetapkan skema formula OK Otrip-nya seperti apa," tegas Sandi.


Sopir Angkot Demo

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno bersama Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah saat menemui perwakilan sopir angkot di Balai Kota, Jakarta, Rabu (31/1). Pertemuan tersebut berlangsung tertutup. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Sebelumnya, sopir angkot Tanah Abang trayek M08 memasang sejumlah spanduk yang bertulisan 'Kami menolak program OK Otrip, ini hak kami, harga mati' di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis 22 Februari 2018 lalu.

Dia mengatakan, program OK Otrip yang ditolak adalah jarak tempuh 170 km per hari. Menurutnya, sopir merasa terbebani oleh jarak tempuh itu.

"Kami menolak program OK Otrip karena jarak tempuh yang ditawarkan itu 170 km per hari. Itu jadi beban bagi kami," tukasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya