Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto menilai, kekuatan ekonomi Indonesia menjadi salah satu pemain kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global. Kontribusi Indonesia bahkan mengungguli sumbangan negara lain terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
Menurut dia, Indonesia mampu memberikan kontribusi sebesar 2,5 persen terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Angka tersebut melampaui kontribusi Korea Selatan, Australia, Kanada, Inggris, Jepang, Brasil dan Rusia terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
“Dari sektor manufaktur, Indonesia secara persentase untuk kontribusinya terhadap PDB, masuk dalam jajaran lima besar dunia. Mengungguli Jepang, India, dan Amerika Serikat. Bahkan, di antara negara-negara berkembang, hanya Indonesia dan China berada di posisi lima besar,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (26/2/2018).
Baca Juga
Advertisement
Airlangga menjelaskan, berdasarkan hasil analisa World Economic Forum, menunjukkan jika Asia semakin mendominasi pertumbuhan dunia pada 2017 dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya.
“Kutub perekonomian dunia saat ini telah mengalami pergeseran, dominasi kawasan Asia semakin besar,” ungkap dia.
Hal tersebut dilihat dari peningkatan kontribusi Asia terhadap PDB dunia yang mengalami kenaikan. Pada 2010 menyumbangkan sebesar 34 persen, dan diprediksi meningkat menjadi 43,8 persen pada 2019.
“Tentunya kontribusi Indonesia sebagai kekuatan manufaktur di Asia, juga semakin diperhitungkan,” lanjut Airlangga Hartarto.
Menurut Airlangga, dari sisi kinerja ekspor Indonesia memperlihatkan jika sektor industri pengolahan nasional mempunyai daya saing dan memberikan nilai tambah yang cukup tinggi. Pada 2017, ekspor produk manufaktur mampu mencapai US$ 125 miliar atau berkontribusi sebesar 74 persen terhadap nilai ekspor Indonesia.
Capaian ini, lanjut dia, tertinggi dibanding sektor-sektor lainnya. “Nilai ekspor industri pengolahan tahun 2017 tersebut, naik 13,14 persen dibanding 2016,” kata dia.
Beberapa industri pengolahan yang menyumbangkan ekspor cukup signifikan pada tahun lalu, yaitu industri kelapa sawit sebesar Rp 287,24 triliun, industri logam Rp 141,16 triliun, industri makanan Rp 134,93 triliun, industri alat transportasi Rp 116,63 triliun, industri elektronika Rp 105,94 triliun, industri pakaian jadi Rp 90,31 triliun, industri pulp dan kertas Rp 84 triliun, serta industri logam Rp 59,9 triliun.
“Kinerja ekspor industri pengolahan memang secara umum mengalami peningkatan di hampir seluruh sektor industri, dengan kenaikan terbesar pada industri kelapa sawit, yang naik 25,02 persen. Selain itu, industri pulp dan kertas, juga naik 24,84 persen,” papar Airlangga Hartarto.
Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:
RI Mampu Produksi Kapal Perang Hingga Pesawat Tanpa Awak
Industri alat perlengkapan pertahanan keamanan (alpalhankam) di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Sebab, tidak hanya digunakan di dalam negeri, alpalhankam tersebut juga telah diekspor ke negara lain.
Ketua Harian Persatuan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantanas) Mayjen (Purn) Jan Pieter Ate menyatakan industri di dalam negeri telah mampu memproduksi berbagai macam alat pertahanan dan keamanan, mulai dari kapal perang hingga pesawat tanpa awak.
"Negara tidak perlu ragu dengan kemampuan produksi dari industri pertahanan swasta. Terbukti, industri pertahanan swasta sudah mampu membuat produk seperti pesawat tanpa awak, kendaraan taktis, kapal perang, hingga bom,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, pada 20 Februari 2018.
Menurut Jan Pieter, bila produk alpalhankam lokal ini bisa diserap secara optimal oleh pengguna di dalam negeri, maka akan menimbulkan dampak yang besar. Mulai dari penghematan devisa, penyerapan tenaga kerja hingga perkembangan industri. Selain itu, potensi pasar ekspor juga masih banyak yang bisa digali.
"Sesungguhnya kita punya kemampuan yang harus kita gunakan supaya devisa negara bisa mengalir ke dalam negeri. Dalam arti penyerapan tenaga kerja dan kebutuhan TNI-Polri hasil karya anak bangsa,” kata dia.
Advertisement