Pembelot Korea Utara: Pemandu Sorak Kim Jong-un Sebenarnya Budak Seks

Para pemandu sorak Korea Utara yang mencuri perhatian karena aksi dan kecantikan mereka diklaim merupakan budak seks Kim Jong-un.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 27 Feb 2018, 13:04 WIB
Para pemandu sorak Korea Utara yang mencuri perhatian karena aksi dan kecantikan mereka diklaim merupakan budak seks Kim Jong-un. (AP Photo/Ahn Young-joon. Pool)

Liputan6.com, Jakarta - Para pemandu sorak Korea Utara yang mencuri perhatian karena aksi dan kecantikan mereka di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, diklaim merupakan budak seks Kim Jong-un. Kontingen 229 yang datang ke olimpiade untuk menyemangati atlet asal Korea Utara itu memiliki julukan Army of Beauties.

Sayangnya, dalam sebuah wawancara yang dilakukan Bloomberg, pembelot Korea Utara mengungkapkan bahwa nasib mereka sebenarnya tak seindah yang terlihat di luar. Para wanita itu dipaksa memberikan layanan seksual kepada anggota partai politik komunis sekutu Kim Jong-un, Partai Pekerja Korea.

"Dalam satu kata, atlet adalah budak olahraga Kim Jong-un. Para pelatih dan pemandu sorak juga begitu. Mereka memilih orang-orang yang sempurna dengan latar belakang setia pada pemerintah. Ini faktor yang sangat penting sejak tahap awal," ungkap Kim Hyung-soo, seorang pembelot berusia 54 tahun yang melarikan diri ke Korea Selatan pada tahun 2009 dengan putranya yang seorang atlet.

 


Selanjutnya

Pemandu sorak Korea Utara melambaikan tangan usai upacara penyambutan atlet asal negaranya di Desa Olimpiade, Gangneung, Korea Selatan, Kamis (8/2). (JUNG Yeon-Je / AFP)

Pembelot lain yang berbicara dengan Bloomberg adalah Lee So-yeon yang berusia 42 tahun, seorang musisi militer yang melarikan diri pada tahun 2008. Menurutnya, rombongan yang dibawa Kim Jong-un mungkin tampak seperti pertunjukan mewah dari luar, padahal kenyataannya tidak.

"Mereka harus pergi ke pesta, memberikan layanan seksual, dan tidur dengan orang-orang di sana, bahkan jika mereka tak menginginkannya. Pelanggaran hak asasi manusia semacam itu terjadi, di mana wanita harus mengikuti apa yang diperintahkan pada tubuh mereka," katanya seperti dilansir dari Nextshark.

 


Selanjutnya

Ekspresi salah satu tim pemandu sorak Korea Utara saat tiba kantor transit Korea di dekat Zona Demiliterisasi di Paju, Korea Selatan, (7/2). (AP Photo/Ahn Young-joon. Pool)

Di sisi lain, dalam sebuah wawancara dengan Marie Claire, seorang mantan anggota pemandu sorak menceritakan bagaimana kerasnya hidup di lingkungan tersebut. Menurut Mi-Hyang, ia telah dipaksa untuk berlatih pada usia 15 tahun dan melayani lingkaran militer elit Korea Utara.

Pada tahun 2015, seorang pembelot Korea Utara bernama Jang Jin-sung juga pernah mengungkapkan dalam memoarnya "Dear Leader: Poet, Spy, Escapee - A Look Inside North Korea" tentang keberadaan sekelompok gadis yang paling cantik yang ditugaskan untuk secara eksklusif melayani Kim Jong-un. Namun, belum ada yang bisa menguak secara pasti seperti apa sebenarnya fungsi sekelompok gadis tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya