Transaksi Perbankan Makin Beralih ke Arah Digital

Laporan tahunan PwC juga mengungkapkan perbankan di Indonesia harus memiliki strategi digital yang lebih baik.

oleh Vina A Muliana diperbarui 27 Feb 2018, 11:11 WIB
Nasabah memanfaatkan layanan digital Banking BTPN, Jenius, di Jakarta, Jumat (26/1). Generasi millennial di usia 18-35 tahun merupakan segmen utama pengguna layanan digital yang membutuhkan kecepatan layanan dan serba praktis. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Transaksi digital di dunia perbankan tumbuh semakin besar bahkan kini sudah mengalahkan transaksi konvensional.Hal ini diungkap Pricewaterhouse Cooper (PwC) dalam survei tahunannya yang bertajuk Indonesia Banking Survey 2018.

Partner dari Pricewaterhouse Coopers Indonesia, Lucy Suhenda, mengatakan, ada perubahan besar yang sedang terjadi di masyarakat. Nasabah lebih memilih untuk bertransaksi lewat digital dibanding transaksi konvensional.

"Transaksi digital naik dari sebelumnya 10 persen kini menjadi 30 persen. Ini melebihi jumlah transaksi konvensional," kata Lucy saat pemaparan survei PwC di Jakarta, Selasa (27/2/2018).

Lebih lanjut, laporan tahunan PwC tersebut juga mengungkap perbankan di Indonesia harus memiliki strategi digital lebih baik. Saat ini, hanya bank milik pemerintah dan bank asing yang cukup yakin akan strategi digital yang bakal diimplementasikan.

"Dari responden kami, Bank BUMN dan asing yang 50 persen sudah cukup yakin dengan strategi digitalnya. Sementara bank kecil lain masih belum yakin benar akan hal ini," ucap Lucy.

Laporan terbaru PwC di tahun 2018 ini menggarisbawahi teknologi nantinya jadi faktor utama yang bakal mengubah dan mentransformasi bisnis perbankan. Penggunaan teknologi saat ini masih banyak digunakan di bagian front office.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini.


Mantan CEO Citigroup: 30 Persen Pekerjaan di Bank Akan Hilang

Vikram Pandit, mantan CEO Citigroup (Foto: Istimewa)

Sebelumnya, Mantan Bos Citigroup, Vikram Pandit, mengatakan, teknologi yang makin berkembang akan menjadi ancaman tersendiri bagi para pekerja di dunia perbankan. Dalam lima tahun yang akan datang, ia memprediksi 30 persen pekerjaan di bank bisa menghilang.

Dalam wawancara dengan Bloomberg, pria 60 tahun ini mengatakan ancaman terbesar teknologi datang dari kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan robot. Dua teknologi ini akan menggantikan sumber daya manusia yang bekerja di back office.

"Saya melihat dunia perbankan beralih dari lembaga keuangan besar ke perusahaan yang sedikit lebih terdesentralisasi," tuturnya seperti dilansir dari Bloomberg, Sabtu, 16 September 2017.

Prediksi Pandit ternyata sama dengan riset yang dikeluarkan Citigroup pada Maret lalu. Dalam laporan tersebut, diperkirakan 30 persen pekerjaan perbankan akan hilang selama satu dekade mendatang. Perusahaan perbankan juga akan semakin banyak menggunakan kinerja robot untuk melakukan berbagai pekerjaan.

Laporan Citi juga menyebutkan, adanya kantor cabang dan biaya staf bank membuat sekira 65 persen dari total biaya ritel dasar bank yang lebih besar. Banyak dari pekerjaan ini berisiko terkena dampak automatisasi.

Pekerjaan teller secara khusus juga terancam. Hal ini terlihat dari jumlah teller di bank AS telah menurun 15 persen sejak mencapai puncaknya pada 2007.

Negara yang mengalami pergeseran profesi perbankan terbesar adalah Tiongkok. Di banyak tempat, kecerdasan buatan dan internet telah menggantikan posisi bank di Negeri Tirai Bambu ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya