Keluhan Mantan Wakapolda Sumut Sebelum Tewas dengan Kaki Terikat

Sedikitnya, lima CCTV sudah diperiksa untuk mengungkap penyebab kematian mantan Wakapolda Sumut. Apa hasilnya?

Oleh JawaPos.com diperbarui 27 Feb 2018, 16:31 WIB
Kediaman mantan Wakapolda Sumut yang tewas dengan kaki terikat. (Fisca Tanjung/JawaPos.com)

Malang - Tiga hari setelah tewasnya mantan Wakapolda Sumatera Utara (Sumut) Kombes (Purn) Agus Samad, pihak kepolisian terus menyelidiki penyebab tewasnya pria yang juga pernah menjabat sebagai Kapolres Blitar itu. Kali ini, giliran Closed Circuit Television (CCTV) di sekitar kediaman korban yang diperiksa.

Kasat Reskrim Polres Malang Kota, AKP Ambuka Yudha, menerangkan lebih dari lima CCTV sudah diperiksa. Namun, dari pemeriksaan tersebut masih belum juga ditemukan petunjuk yang bisa memecahkan misteri tewasnya Agus pada Sabtu, 24 Februari 2018.

"Ada beberapa yang mati. CCTV off," kata dia, Senin, 26 Februari 2018.

Ambuka menerangkan, dari kelima CCTV yang telah dilihat, hanya ada satu CCTV yang memperlihatkan aktivitas di daerah sekitar kediaman Agus di perumahan Bukit Dieng Permai, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

"CCTV hanya cover satu sepeda motor satpam dan mobil yang putar balik sekitar jam 22.15, Jumat (23/2/2018)," ujarnya.

CCTV tersebut pun terletak di belakang rumah Agus di Perum Bukit Dieng, Kelurahan Pisangcandi, Kota Malang. Sedangkan, CCTV yang berada di depan rumah sudah mati sejak beberapa hari yang lalu.

Ambuka mengatakan, hingga saat ini, di bagian taman belakang atau tempat penemuan Wakapolda Sumut dalam kondisi tewas, masih diberi garis polisi. "Darah juga belum dibersihkan," lanjutnya.

Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.

 

 

 


Keluhan Korban

Ilustrasi Pembunuhan

Dia menyampaikan, mantan Wakapolda Sumut itu ditinggal istrinya, Suhartutik, keluar kota sejak 12 Februari lalu. "Ada urusan bisnis di sana," ucapnya.

Selama itu, Agus berada di rumahnya seorang diri. Sementara, kedua anaknya tidak berada satu rumah dengannya.

Ambuka masih belum mengetahui pasti apakah Agus tewas bunuh diri atau menjadi korban pembunuhan. Pasalnya, petugas juga menemukan barang bukti seperti cairan pembunuh serangga, silet, dan cairan seperti obat.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun oleh tim penyidik, korban sempat mengeluhkan sakitnya yang tidak kunjung sembuh.

"Pernah keluhkan sakit enggak sembuh-sembuh. Temukan obat pengencer darah, jaga kondisi jantung, dan asam urat," kata dia.

Hingga saat ini, polisi masih terus mengorek informasi mengenai penyebab tewasnya Agus.

Sementara itu, kondisi di kediaman Agus masih nampak tetangga dan saudara yang datang silih berganti untuk mengucapkan belasungkawa. Karangan bunga ucapan dukacita pun masih berjejer rapi di depan rumah berpagar oranye tersebut.


Tunggu Hasil Lab Forensik

Ilustrasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Sementara itu, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera di Surabaya, Senin, 26 Februari 2018, mengatakan kasus kematian itu tidak hanya ditangani oleh Polres Malang Kota, tapi juga dibantu penuh oleh Polda Jatim.

"Tinggal menunggu hasil autopsi, yaitu dokter forensik yang akan kita lakukan hari ini. Besok sudah keluar. Kami berjanji dua, tiga hari, akan kita simpulkan terhadap kematian itu," kata Barung, dilansir Antara.

Barung mengungkapkan, sampai saat ini, penyidik telah memeriksa lima orang saksi. Saksi-saksi tersebut ditengarai mengetahui keberadaan korban sebelum akhirnya ditemukan tewas. Juga saksi orang yang menemukan korban pertama kali.

"Saksi-saksi yang ada memang mendukung. Ada ruang privat yang tidak perlu saya sampaikan kepada rekan-rekan, menyangkut tentang apa yang terjadi," ujar Barung.

Kasus tersebut menjadi perhatian, kata Barung, lantaran saat ditemukan, korban yang ditemukan bersimbah darah dengan kaki terikat. Selain itu, korban juga salah satu keluarga besar Polri.

"Memang berita tentang kematiannya adalah berita yang menyangkut tentang banyaknya fakta-fakta. Misalnya darah yang berceceran di mana-mana," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya