Temui Jokowi di Istana, Tokoh Agama Kepri Bahas Penanganan Narkoba

Sejumlah hal lain yang disampaikan dalam pertemuan dengan Jokowi antara lain masalah ekonomi, pendidikan hingga keamanan.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 27 Feb 2018, 15:14 WIB
Presiden Joko Widodo memberi sambutan saat rapat kerja Kemendag 2018 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/1). Dalam Sambutannya Jokowi meminta agar perdagangan Indonesia harus bisa bersaing dan tembus pasar international. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima kunjungan sejumlah tokoh masyarakat dan agama Kepulauan Riau di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa siang. Ketua Majelis Ulama Kepulauan Riau Usmad Ahmad mengatakan, ada sejumlah hal yang disampaikan dalam pertemuan dengan Jokowi. Di antaranya adalah masalah ekonomi, pendidikan hingga keamanan.

"‎Kami atas nama tokoh-tokoh dari Kepualauan Riau, Provinsi Kepulauan Riau membawa berbagai aspirasi, masalah pendidikan, ekonomi, keamanan, akidah dan sebagainya," kata Usman Ahmad di kantor Presiden, Jakarta, Selasa (27/2/2018).

Dia menambahkan, ada satu poin yang menjadi sorotan dan telah disampaikan kepada Jokowi, yaitu tentang masalah narkoba. Apalagi, pada pekan lalu di daerahnya sempat digegerkan dengan penyelundupan sabu 1,6 ton.

‎"Kami ada keinginan didukung pemerintah agar anak bangsa sebagai penerus bangsa jangan sampai kecanduan namanya narkoba dan kami mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah," ucap Usman.

Sementara, Sekretaris NU Wilayah Kepulauan Riau, Wahono mengatakan, organisasinya di Kepri sudah melakukan kerja sama dengan BNN dalam hal pencegahan, peredaran dan penggunaan narkoba.

"Kami bentuk pelatihan membantu program BNN, kami melakukan penyuluhan, baik pendidikan ke masyarakat, karena narkoba ini sudah merebak di mana-mana, hingga tingkatan paling bawah," terang Wahono.


Peredaran Sabu 1,6 Ton

Polisi membuka barang bukti sabu seberat 1,6 ton di Dit Tipid Narkoba Bareskrim, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (27/2). Sebanyak 1,6 ton tabu tersebut terbagi dalam 81 karung dan diselundupkan lewat perairan Batam. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Penyidik Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri masih mendalami tujuan penyelundupan sabu seberat 1,6 ton yang digagalkan di perairan Batam, Kepulauan Riau. Diduga, barang haram dalam jumlah besar itu memang dikirim ke Indonesia.

"Mungkin saja di Indonesia atau mungkin tempat kita dijadikan transit untuk diedarkan ke tempat lain," ujar Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Kombes Krisno Siregar di kantornya, Jakarta Timur, Sabtu (24/2/2018).

Namun kesimpulan tersebut belum final. Apalagi, polisi masih butuh keterangan mendalam untuk mengetahui sumber dan tujuan pengiriman sabu sebanyak itu. Terlebih, keempat pelaku yang ditangkap hanya berperan sebagai kurir.

"Jadi ini mereka kan kurir atau transporter. Ada pihak lain yang mengetahui di mana diedarkan. Mereka diperintahkan oleh seseorang dari China membawa ke Indonesia," ucap Krisno.

Polisi juga belum bisa menyimpulkan keterkaitan kasus ini dengan penangkapan sabu seberat 1 ton di lokasi yang sama pada 7 Februari 2018 lalu. Meski modus yang digunakan hampir sama, yakni diselundupkan menggunakan kapal ikan.

"Narkoba itu sistem terputus yang complicated. Jadi ada beberapa layer layer lagi bisa sampai pada master mind, tergantung dari hasil penyidikan, dan saya belum bisa menyimpulkan," kata Krisno.

Saat ini, empat tersangka yang merupakan warga negara asing (WNA) itu telah ditahan di Dit Tipid Narkoba Bareskrim Polri. Sementara barang bukti sabu seberat 1,6 ton diamankan di gudang dan akan diuji laboratorium.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya