Liputan6.com, Jakarta - Harga beras yang tak kunjung turun diprediksi akan mengerek inflasi Februari 2018. Inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) pada pekan ketiga bulan ini berada dalam kisaran 0,19 persen secara month to month (MoM), berdasarkan data Bank Indonesia (BI).
Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, inflasi Februari ini akan didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas pangan, seperti bawang putih, cabai merah, dan beras. Sayangnya BI tidak memprediksi inflasi pada bulan kedua ini.
Baca Juga
Advertisement
"Selain itu, komoditas seperti daging, ayam dan telur ayam menjadi sumber deflasi," ucapnya di sela-sela acara konferensi internasional tingkat tinggi (High Level Internasional Conference) bertemakan "Models ini a Changing Global Landscape" di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Lebih lanjut Agus mengatakan, BI telah cukup lama memperhatikan tingginya harga beras. Menurutnya, kebijakan impor beras oleh pemerintah tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan di dalam negeri.
Dengan adanya Tim Pengendali Inflasi (TPID), kata dia, diharapkan dapat menjaga inflasi dari gejolak pangan, seperti beras agar tidak lebih dari 4-5 persen. Pasalnya BI akan tetap menjaga inflasi pada angka 3,5 plus minus 1 persen.
"Tetapi ini tantangan (kenaikan harga beras), karena sepanjang 2018-2019, kita akan terus jaga inflasi pada kisaran 3,5 persen," pungkas Agus.
Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:
Dari Negara Mana Saja RI Impor Garam?
Setelah memutuskan impor beras, pemerintah kembali membuka keran impor garam industri sebanyak 3,7 juta ton pada 2018. Jumlah tersebut keluar setelah ada perbedaan data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang hanya merekomendasikan 2,1 juta ton per tahun.
Dari data yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Rabu (24/1/2018), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor garam industri oleh Indonesia dari sejumlah negara pada 2017 sebesar US$ 83,59 juta dengan volume seberat 2,55 juta ton.
Nilai impor tersebut mengalami penurunan tipis dari periode 2016 yang tercatat senilai US$ 86,01 juta. Sedangkan dari sisi volume, impor garam di 2017 naik dibanding realisasi tahun sebelumnya yang sebanyak 2,14 juta ton.
"Itu impor garam untuk industri," kata Kepala Seksi Statistik Impor BPS, Herry Sulaiman saat dihubungi Liputan6.com.
Berikut negara-negara pemasok garam industri ke Indonesia besertanilainya sepanjang Januari-Desember 2017 dibandingkan periode yangsama 2016:
1. Australia
2017 : US$ 76,09 juta2016 : US$ 70,33 juta
2. India
2017 : US$ 5,75 juta2016 : US$ 12,56 juta
3. Selandia Baru
2017 : US$ 1,16 juta2016 : US$ 1,22 juta
4. Denmark
2017 : US$ 203,22 ribu2016 : US$ 126,66 ribu
5. Jerman
2017 : US$ 158,18 ribu2016 : US$ 1,03 juta
6. Negara lainnya
2017 : US$ 275,20 ribu2016 : US$ 757,43 ribu.
Advertisement