Fokus, Jakarta - Kain batik tenun Gedog seakan mewakili bahwa kreativitas perajin batik di Tuban, Jawa Timur, tak pernah mati. Nama batik tenun Gedog sendiri berasal dari bunyi "dog-dog" yang biasa terdengar dari alat menenun batik ini.
Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Rabu (28/2/2018), puluhan batik tenun Gedog yang mengandalkan bahan dasar dari alam ini, dipamerkan di Museum Tekstil Jakarta oleh Himpunan Pecinta Kain Adati Indonesia (Wastraprema).
Advertisement
Beragam kain batik tenun dihadirkan untuk memperkenalkan keindahan dan keunikan kain batik tenun Gedog yang pemasarannya sudah mencapai internasional.
Selain kaya warna dan motif, batik tenun Gedog pun kaya fungsi. Tidak hanya sebagai pakaian, kain ini pun dapat berfungsi sebagai alat tukar dengan sistem barter, bahkan digunakan di acara-acara sakral seperti pernikahan, kelahiran, kematian, dan juga perayaan-perayaan lainnya.
"Batik yang berasal dari Tuban itu biasanya bahan dasarnya adalah batik tenun. Jadi yang digunakan itu pintal tangan bukan pintal pabrik. Kemudian dari bahan tenun ini baru dibatik," kata Sri Sintha Sari Iskandar, Ketua 1 Wastraprema.
Pameran kain batik tenun Gedog ini pun juga dibarengi dengan pengukuhan pengurus baru para Pencinta Kain Adati Indonesia (Wastraprema) yang diharapkan dapat meningkatkan kemajuan dan kelestarian kain Indonesia.
"Batik ini harus dianggap sebagai warisan nenek moyang dengan segala keindahannya. Misi kita saat ini adalah melestarikan kain batik. Bahwa ada tren saat ini kain sebagus apa pun bisa di design melalui komputer. Tapi menurut saya yang di-print itu tidak memiliki keindahan," jelas Ketua Wastraprema Adiati Arifin Siregar.
Selain melestarikan kain batik tenun Gedog, Wastraprema juga berperan dalam melestarikan koleksi-koleksi kain lainnya. Hingga kini, sudah terdapat 2.800 kain yang disimpan di Museum Tekstil Jakarta.